Tak Perlu Jual Premium Dua Harga, Cabut Saja Subsidi untuk Orang Kaya

Surabaya - Komite Ekonomi Nasional (KEN) mendorong pemerintah segera mengambil keputusan terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. KEN mengusulkan supaya pemerintah tidak ragu mencabut subsidi BBM untuk orang kaya.

Pasalnya, jika harga BBM subsidi untuk mobil pribadi naik menjadi Rp 6.500 per liter maka pemerintah masih mensubsidi para pemilik mobil pribadi Rp 3.000 per liter. Dikhawatirkan juga, para pengguna Pertamax (BBM non subsidi) akan beralih ke premium.


Sekretaris KEN Aviliani mengatakan, penggunaan BBM bersubsidi oleh orang-orang kaya dengan mobil pribadi itu memakan 53% dari subsidi. Bila saja pemerintah memutuskan hanya pengendara sepeda motor dan angkutan umum saja yang diperbolehkan menggunakan BBM bersubsidi, itu dapat mengurangi jatah subsidi BBM hingga 50%.


"Kalau hanya pengendara sepeda motor saja yang menerima BBM bersubsidi, itu bisa mengurangi 50% jatah subsidi," kata Aviliani saat ikut dalam kunjungan kerja KEN ke Balai Kota Surabaya, Jumat (19/4/2013).


"Menurut KEN, subsidi orang kaya hilang. Sehingga nanti lebih mudah untuk menghilangkan subsidi bertahap karena KEN menginginkan subsidi ke orang," kata dia lagi.


Ya, KEN justru menginginkan alokasi subsidi BBM seharusnya diberikan kepada orang dan bukan lagi kepada barang. Jadi, pajak di akhir tahun yang dibebankan kepada pengendara motor, bisa dikurangi dengan jatah subsidi yang sudah seharusnya diterima.


"Nanti di akhir tahun pajaknya bisa dikurangi dengan sejumlah subsidi yang layak diterima oleh pengendara motor," tambah dia lagi.


Aviliani sudah membayangkan, nantinya pembayaran pajak STNK setiap tahun pengendara motor mungkin tidak perlu bayar lagi. Bahkan, para pengendara motor itu kemungkinan mendapat kelebihan dari pajak itu sendiri.


"Mungkin saja dia (pengendara motor) dapat kelebihan daripada pajak, sehingga dikembalikan ke orang tersebut," pungkas dia.


Jika nanti pemerintah menetapkan BBM subsidi mobil pribadi jadi Rp 6.500 per liter, maka kata Aviliani, otomatis akan muncul 3 macam harga BBM di masyarakat.


Aviliani menjelaskan, pemerintah harus benar-benar memikirkan efek bila ada 3 harga BBM yang dilempar di masyarakat. Yakni kemungkinan-kemungkinan adanya pihak yang harusnya membeli BBM dengan harga Rp 9.500 justru memilih membeli dengan harga Rp 6.500.


"Ini yang perlu dipikirkan kembali oleh pemerintah, mumpung belum diputuskan," kata Aviliani.


Sekali lagi Aviliani menjelaskan bahwa KEN tidak pernah mengusulkan adanya harga BBM spesial bagi mobil-mobil pribadi. KEN justru mengusulkan adanya penghapusan BBM bersubsidi untuk mobil pribadi.


"Supaya dapat menghemat keuangan negara. KEN mengusulkan agar pembatasan BBM bersubsidi untuk mobil, dapat dimulai pada Juni 2013," tambah dia.


Bila dihitung, Aviliani memprediksi akan bahaya bila BBM bersubsidi pada mobil pribadi tidak dibatasi. Defisit akan melebihi 3%. Jika itu terjadi maka presiden melangar Undang-undang (UU).


(nrm/ang)