MS Hidayat: Kalau Tak Buat Mobil Murah, RI akan Dibanjiri Produk Impor

Jakarta - Pemerintah punya alasan tersendiri terkait rencana regulasi mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC). Padahal kebijakan ini diyakini akan mendorong penjualan mobil di Tanah Air.

Walaupun saat bersamaan pemerintah tengah pusing soal meningkatnya subsidi BBM yang terus naik. Sehingga akan mencul regulasi baru BBM subsidi Rp 6.500 untuk mobil pribadi. Kontraproduktif kah?


Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menjelaskan secara alamiah memang kepemilikan mobil akan terus meningkat di Indonesia, karena hal ini merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat.


"Bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN, posisi kepemilikan mobil relatif terhadap populasi penduduk di Indonesia masih rendah," kata Hidayat kepada detikFinance, Jumat (19/4/2013)


Rasio kepemilikan mobil di Indonesia pada akhir 2010 berbanding 1:34, artinya dari 34 orang hanya 1 orang yang memiliki mobil. Rasio tersebut meningkat pada 2012, menjadi 1: 20, artinya dari 20 orang hanya 1 orang yang memiliki mobil.


Sebagai pembanding di Malaysia dan Thailand rasio kepemilikan mobil mencapai 1:5 orang, di Amerika rasionya adalah 1:1,75 orang. Dari pembanding itu, menunjukkan bahwa pasar mobil di Indonesia masih sangat besar.


Hidayat juga mengatakan ke depannya, semakin tingginya harga minyak dunia mendorong pabrikan global membuat produk-produk mobil yang bisa menekan konsumsi BBM. Hasilnya produsen-produsen mobil yang basis produksinya di luar Indonesia akan membuat mobil irit BBM, dan dipastikan menyasar pasar Indonesia yang memang masih besar kuenya.


"Bila kita tidak membuat mobil LCGC sendiri, maka pasar kita akan dibanjiri oleh mobil LCGC impor dalam era FTA (free trade agreement) Asia Timur ini," kata Hidayat.


(hen/dnl)