Wisatawan Asing Pilih Malaysia Ketimbang RI, Ini Penjelasan Menteri PDT

Pesisir Selatan - Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini menilai, potensi wisata di daerah tertinggal sangat besar karena memiliki lokasi destinasi yang indah. Sayang, hingga kini belum mampu menyedot wisatawan asing yang cukup banyak lantaran kurang promosi secara nasional maupun kepada dunia.

Bahkan, dibandingkan dengan Malaysia, jumlah wisatawan asing yang melancong ke Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan ke Malaysia. Makanya, kata Helmy, dia sering mengatakan Malaysia itu penduduknya 23 juta orang tapi wisatawan asingnya 28 juta orang. Sedangkan di Indonesia, jumlah pendudukan lebih dari 237 juta tapi jumlah wisatawan asingnya hanya sekitar 7 juta sampai 8 juta orang


Alhasil, apabila melancong ke Malaysia kerap bertemu turis-turis dari Timur Tengah, Korea Selatan, Eropa. Nah pertanyaannya, kata Helmy, apakah destinasi wisata di Indonesia kalah dari Malaysia. Padahal, menurut Helmy, misalnya destinasi wisata di Sumatera Barat tidak ada lawannya dibandingkan destinasi wisata di Malaysia.


"Mulai dari Bukit Tinggi, kemudian ada acara adat balap sapi di Kabupaten Tanah Datar. Belum lagi kita punya wisata di Wakatobi, Raja Ampat, dan Nias, menjadi daya pikat luar biasa," ujar Helmy di sela-sela kunjungan kerja di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Minggu (14/4).


Bukan itu saja, sebagai suatu negara Indonesia memiliki 17.540 pulau dari Sabang sampai Merauke. Bahkan, jauh lebih besar dibandingkan Uni Eropa yang hanya 17 negara. "Kalau kita taruh Sabangnya di Turki, maka Meraukenya ada di Amsterdam. Sedangkan Indonesia Indonesia dari Sabang sampai Merauke satu negara," imbuh politisi PKB itu


Oleh sebab itu, Helmy meminta setiap kepala daerah tertinggal gencar melirik sekaligus menggarap potensi wisata masing-masing. Selain itu, pemerintah juga telah mendongkrak jatah dana alokasi khusus (DAK) dari selama ini berkisar antara Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar menjadi Rp 80 miliar. Dana sebanyak ini akan dipakai untuk membangun infrastruktur dasar, terutama jalan, air bersih, dan listrik. Rencananya, tahun depan DAK daerah tertinggal akan diusulkan meningkat lagi menjadi Rp 100 miliar.


(dnl/dnl)