Wah, 7.500 Pedagang Bakso Alih Profesi Akibat Harga Daging Mahal

Jakarta - Harga daging sapi yang tak kunjung turun, berkisar di harga Rp 90-95 ribu sungguh menyusahkan banyak lapisan masyarakat. Apalagi sang pedagang bakso daging sapi.

Ketua Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso, Trisetyo Budiman mengungkapkan bergejolaknya harga daging sapi yang terjadi sekarang ini sangat memukul para pedagang bakso. Dampak yang paling nyata dikatakan Trisetyo ialah beralihnya profesi kebanyakan pedagang bakso karena tak sanggup lagi membeli bahan baku yang harganya melambung.


"Menurut saya sudah banyak ada 15% dari komunitas kita sudah berhenti dan alih profesi, ke kampung misalnya jadi buruh lagi, jadi kuli bangunan. Bisa di cek di penggilingan-penggilingan mereka sudah nggak bekerja lagi," kata Trisetyo saat dihubungi detikFinance, Minggu (14/4/2013).


Tri memeperkitakan telah ada 7.500 pedangang bakso dan penggilingan bakso yang tak lagi bekerja, dan lebih memilih untuk beralih profesi.


"Kalau di Jakarta itu 50.000 taruh aja 15% itu sudah berapa. 7500 orang kan. Ya mestinya cepat ditangani ini kenapa," jelasnya.


Saat ini, para pedagang bakso yang masih bertahan bisa mengakali dengan mengurangi komposisi adonan daging sapi dan menggantinya dengan daging ayam. Untuk adonan daging bakso 12 kg, Tri mencontohkan, terdiri dari 9 kg daging ayam, dan 3 kg daging sapi. Padahal normalnya, 99% bakso harus berbahan baku daging sapi.


"Sedangkan kita kan mulai dari zaman majapahit sampai sekarang itu bakso yang disenangi itu secara kultur ya dari daging sapi. Itu masa mau dihanyutin dari budaya makanan," tegasnya.


Dia mengungkapkan sejatinya pemerintah secara sigap mengatasi permasalahan ini. Dia mengibaratkan, bakso daging sapi ini merupakan salah satu ikon tanah air, sama halnya dengan batik, wayang, ataupun angklung.


"Nanti ada bakso dengan campuran tulang-tulang dan lain-lain yang secara fundamental tidak mengacu pada basic-nya bakso. Itu yang mestinya di- maintain. Itu nggak ada bedanya dengan kita melestarikan angklung, wayang. Itu nggak ada bedanya dengan melestarikan bakso dari sapi," tutupnya.


(zul/dru)