Pendiri Monorel Jakarta Pernah Garap Proyek Terowongan Prancis-Inggris

Jakarta - PT Jakarta Monorail selaku pelaksana proyek monorel Jakarta, mengklaim memiliki sumber daya manusia berpengalaman untuk menggarap mega proyek Rp 7 triliun tersebut. Diantaranya ada yang pernah menggarap proyek-proyek transportasi massal internasional.

Misalnya Gordon Steward Crighton, saat ini menjabat sebagai Direktur Proyek PT Jakarta Monorail. Gordon berpengalaman lebih dari 40 tahun mengerjakan proyek-proyek besar internasional, di antaranya Taiwan High Speed Rail Project, Hong Kong Airport Railway dan Terowongan Prancis-Inggris.


Selain itu ada Ruslan Diwirjo, saat ini menjabata sebagai Presiden Direktur dan pendiri Jakarta Monorail, sekarang menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Indonesia Transit Central. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Presiden Komisaris PT. Jasa Marga, Sekjen Departemen Pekerjaan Umum.


Terakhir ada Sukmawaty Syukur, merupakan Direktur dan pendiri Jakarta Monorail. Sarjana S2 dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat ini sekarang menjabat sebagai Direktur PT. Indonesia Transit Central dan PT. Global Profex Synergy.


"Ketiga juru kunci di balik Jakarta Monorail telah bekerja di sektor publik di Indonesia sejak tahun 1975, dengan portofolio khususnya di sektor transportasi. Di antaranya adalah jalan tol dalam kota, Triple Decker Project untuk koridor Selatan-Utara Jakarta, serta proyek mega struktur internasional," jelas situs Jakarta Monorail dikutip Minggu (30/6/2013)


Seperti diketahui monorel Jakarta akan beroperasi di area-area strategis di Jakarta. Rute Jakarta Monorail akan terbagi menjadi dua, yaitu Green Line, yang akan mengoperasikan 10 gerbong kereta dan Blue Line yang memiliki 18 gerbong kereta. Green Line (Casablanca-Rasuna Said) dan Blue Line (Kampung Melayu-Tanah Abang).


PT Jakarta Monorail menyatakan telah menandatangani kesepakatan dengan CNR Changchun Railway Vehicle Co. Ltd. asal China untuk pengadaan rangkaian kereta (rolling stock) yang akan digunakan di monorel Jakarta.


Pengadaan kereta ini memakan biaya investasi sebesar 30% dari total investasi sebesar Rp 7 triliun, atau setara Rp 2,1 triliun. Pembiayaannya berasal dari kas internal dan pinjaman bank.


(hen/hen)