Wah, Ternyata Gestun Kartu Kredit Masih Marak

Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah menetapkan tingkat suku bunga kartu kredit tidak boleh lebih dari 2,95% per bulan. Termasuk jika kartu kredit tersebut dilakukan penarikan tunai melalui ATM.

Meskipun begitu, masih banyak nasabah yang justru melakukan gesek tunai alias gestun di berbagai merchant. Mengapa?


"Konsumen bukan orang bodoh. Pastinya kita lebih memilih untuk tarik tunai di merchant karena lebih praktis, simple dan murah," tutur Martin, seorang pengusaha rental mobil yang masih sering melakukan gestun ketika berbincang dengan detikFinance, Senin (15/4/2013).


Lebih murah? Bagaimana perhitungan Martin?


"Jelas lebih murah, jika kita belanja rata-rata bunga kartu kredit itu 2,5% nah kita kalau gestun ya kena bunga segitu. Paling hanya bayar administrasi saja dan tak ada biaya lain," lanjut Martin yang memegang 3 kartu kredit ini.


Menurut Martin, jika memang tarik tunai dilakukan secara 'legal' atau via mesin ATM maka akan ada banyak biaya yang tanpa disadari oleh nasabah.


"Sebut saja administrasi sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000 dan bunga tarik tunai yang lebih besar yakni 2,95%," jelas Martin.


Alasan logis seperti inilah yang memberikan sinyal kepada pebisnis ulung untuk memanfaatkan peluang sehingga bisnis gesek tunai marak di seluruh kota besar di Indonesia. Semakin berkembang penggunaan kartu kredit di sebuah kota, semakin menjamur bisnis tarik tunai kartu kredit seperti ini.


"Tidak bisa dihentikan atau ditiadakan. Toh kita nasabah juga butuh," tutur Martin.


Penelusuran detikFinance di lapangan, memang banyak sekali merchant seperti toko elektronik hingga emas yang masih menyediakan jasa gestun. Jangankan mencari langsung, dengan menggunakan internet ternyata banyak sekali yang menawarkan skema gestun secara langsung.


Ingin tahu lebih jauh soal Gestun? Ikuti terus beritanya.


(dru/ang)