Ini PR Prabowo dan Jokowi dari Sarjana Pertanian

Jakarta -Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PSPI) mencatat ada beberapa tugas berat presiden baru di bidang pertanian. Setidaknya ada 4 catatan khusus agar presiden baru segera membenahi sektor pertanian di Indonesia.

"Ada 4 (empat) isu pertanian yang menjadi tugas presiden baru nantinya," kata Ketua Umum PSPI Arif Satria saat berdiskusi di sebuah rumah makan kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (21/06/2014).


Isu pertama adalah mengenai degredasi jumlah petani di Indonesia. PSPI mencatat, hampir seluruh petani yang ada saat ini sudah berumur tua atau lebih dari 44 tahun. Sedangkan presentase jumlah petani yang umurnya kurang dari 44 tahun adalah cukup rendah.


"Usia petani semakin tua dan kualitas petani semakin rendah. Di Jawa Barat jumlah petani yang muda atau berumur kurang dari 44 tahun hanya 18,33%. Sedangkan 74% petani usianya 44 tahun hingga lebih dari 60 tahun. Jadi adanya degredasi jumlah petani ini harus segera disikapi," imbuhnya.


Masalah lainnya adalah sulitnya petani mengakses sistem pembiayaan oleh perbankan. PSPI mencatat di tahun 2012 akses petani ke perbankan hanya 9,09%.


Belum berhenti sampai di situ, PSPI juga mencatat degredasi lahan pertanian setiap tahun di Indonesia cukup besar. Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan untuk menahan laju konversi lahan adalah dengan melakukan moratorium.


"Isu produksi di mana Prabowo menjanjikan 2 juta hektar lahan pertanian baru dan Jokowi maksimal menyediakan 1 juta hektar. Pertanyaan di mana, milik siapa dan kapan? Ini hal yang krusial. Perlindungan lahan dari kegiatan konversi perlu ada perlindungan maka diperlukan Undang-undang lahan," katanya.


Kemudian masalah yang terakhir adalah soal distribusi. Di sini PSPI menilai perlunya akses distribusi hasil pertanian yang lancar sehingga tidak ada gangguan dalam pemenuhan kebutuhan baik demand maupun suplay.


"Kita berharap seluruh calon presiden (capres) ini membangun pertanian meskipun kita juga terus berharap capres ini memberikan keberpihakan lebih nyata bukan hanya dagangan kampanye politik. Pangan ini masalah hidup atau mati. Itulah perkataan dari seorang Soekarno di mana pangan dijadikan sebagai landasan utama perekonomian Indonesia," jelas Arif.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!