Agus Marto Dicalonkan Jadi Gubernur BI, Ini Kata Pengamat Ekonomi

Jakarta - Presiden SBY mengajukan Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia (BI) menggantikan Darmin Nasution. Apa kata pengamat ekonomi?

Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan, Agus Marto punya kemampuan untuk menjadi Gubernur BI. Namun ingat, Agus Marto pernah ditolak oleh DPR saat dicalonkan menjadi Gubernur BI pada 2008 lalu.


Diceritakan Faisal, Agus Marto saat dicalonkan jadi Gubernur BI pada 2008 lalu bukan merupakan sosok yang tepat.


"Saya juga menulis pada waktu itu, betapa kurang tepatnya Pak SBY mengajukan Agus Marto. Tulisan saya pada saat itu, bank Indonesia itu bukan agredasi dari bank-bank yang ada. Jadi bank Indonesia itu bukan Bank Mandiri, BNI, BRI digabung. Bank sentral itu punya logika yang berbeda butuh kemampuan yang berbeda. Dan ingat 2014, bank-bank dialihkan ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," tegas Faisal saat ditemui di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).


Faisal dan Agus Marto merupakan lulusan Universitas Indonesia (UI). Menurut Faisal, Agus Marto sebenarnya lebih cocok untuk memimpin OJK dibanding menjadi Gubernur BI, karena latar belakang Agus Marto yang lama berkecimpung di dunia perbankan.


"Pak Agus itu orang bank dan harusnya Pak SBY calonkan ke OJK itu, karena pengalaman perbankan dia. Karena keilmuan dia penting sehingga Gubernur (BI) harus punya intuisi yang kuat hadapi perubahan yang cepat. Maksa benar sudah ditolak dicalonkan lagi," jelas Faisal.


Agus Marto memang lama berkecimpung di dunia perbankan nasional. Sebelum ditunjuk sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani pada 2010, Agus merupakan Direktur Utama Bank Mandiri sejak 2005. Pria kelahiran Amsterdam 24 Januari 1956 ini juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama Bank Permata selama tiga tahun.


Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi Dradjad Wibowo mengatakan, kapasitas Agus Marto sebagai bankir memang tak perlu diragukan dan sudah terbukti saat mempimpin Bank Mandiri.


"Tapi inilah ironisnya. Agus Marto yang bankir, sebagai Menkeu mendorong dipretelinya kewenangan BI terhadap perbankan, dan sekarang dia harus memimpin BI. Jadi kapasitas terbaik Agus Marto sebagai bankir kurang berguna di BI, karena nanti BI hanya melakukan pengawasan makro. Agus Marto justru harus belajar menjaga moneter. Namun di pasar, Gubernur BI sangat dihormati bahkan tidak jarang lebih bergigi dari Menkeu," papar Dradjad.


Dradjad mengatakan, Agus Marto tetap punya integritas dan kapasitas menjadi Gubernur BI, meskipun bukan kapasitas terbaiknya yang akan dipakai. "Apakah yang bersangkutan punya akseptabilitas di DPR dan di pasar, biarkan hal ini terjawab dengan berjalannya waktu. Yang jelas, ini melanjutkan kecenderungan pemerintah yang tidak percaya terhadap kalangan internal BI menjadi pucuk pimpinan di sana," cetus Dradjad.


Adapun yang menjadi tantangan BI di tahun ini ujar Dradjad adalah, mengamankan risiko makro yang meningkat cukup signifikan akibat ekspektasi defisit perdagangan. Kemudian yang paling krusial adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan dorongan kenaikan bunga kredit dalam semester I-2013.


"Kedua, mengawal masa transisi peralihan kewenangan sebagai bos perbankan dari BI ke OJK. Ketiga, menjaga BI secara kelembagaan, SDM, hukum dan politik agar mampu melewati masa sulit 2013-2014," tegas Dradjad.


(wij/dnl)