Seorang wanita tua pemilik toko sepatu di Blok M Square yang enggan disebutkan namanya menuturkan, cara mendapatkan sepatu impor asal China yang dijualnya terbilang cukup mudah. Awalnya, ia mengaku mendapatkan informasi lewat internet soal distributor ini.
"Awalnya lihat di internet, terus kita lihat alamatnya di mana dan kita datang ke situ. Perjanjian kerjasama, dan pesan. Begitu aja," katanya kepada detikFinance di tokonya di Blok M Square, Jakarta Selatan, Kamis (21/2/2013).
Sayangnya, dia enggan menyebutkan di mana alamat dan distributor itu. "Dia orang Indonesia kok, distributor besar," lanjutnya.
Setelah itu, hanya perlu 1-2 kali pertemuan dengan si distributor, maka pemesanan selanjutnya bisa dilakukan lewat telepon, internet atau media lainnya. Pemilihan model sepatu pun bisa dilihat lewat layanan BlackBerry miliknya atau gambar yang dikirim oleh si distributor lewat internet.
"Kita pilih barang-barang yang kita anggap bakal laku baru kita transfer. Setelah transfer baru kita dikirimi barang, jaraknya 1-2 hari barang datang setelah kita transfer. Tapi kalau lagi sibuk atau rame dianya, bisa sampai 1 minggu," katanya.
Sistem penjualan dalam kerjasama ini memakai pola jual putus, artinya barang tidak dapat dikembalikan jika tidak laku. Lain halnya dengan konsinyasi, yang berarti barang dapat dikembalikan atau ditukar jika tidak laku.
"Saya biasa ambil barang sedikit. Kalau awal buka 200 pasang, tapi sekarang 50 pasang paling, tidak tentu juga. Kalau jual putus itu risikonya besar, makanya saya nggak mau ambil yang banyak-banyak," tegasnya.
Sementara itu, pedagang sepatu lainnya bernama Mira mengatakan, dalam 1 bulan, ia bisa memesan 1000-3000 pasang dari distributor yang siap memasok kapan saja.
"Karena toko kita nggak di sini aja, ada di Tamini, di Tebet, dan lain-lain. Jadi dibagi-bagi. Kita beli di distributor, ada yang suka nawarin ke sini tapi khusus yang lokal, toko kita di sini hanya untuk impor," pungkas Mira.
(zul/dru)
