Bos PLN Anggap Listrik Tenaga Matahari Seperti UFO

Jakarta -Pemerintah memiliki program pembangunan 1.000 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS/Matahari). Namun PLTS dianggap seperti pesawat luar angkasa alias UFO, karena tidak ada interaksi dengan penduduk sekitarnya.

"Memang saat ini solusi listrik untuk pulau-pulau terpencil di Indonesia ada dua yakni PLTS dan PLTBM (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa) karena kapasitas listrik tidak terlalu besar dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di pulau kecil," kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji ditemui di kantornya, Senin (4/8/2014).


Penggunaan PLTBM, lanjut Nur, jauh lebih ekonomis dibandingkan PLTS. Selain itu, penggunaan biomassa juga melibatkan masyarakat setempat.


"Kalau pakai PLTS itu biayanya bisa sampai US$ 50 sen per kWh karena pakai baterai. Kalau pakai biomassa sekitar US$ 15-20 sen per kWh tergantung lokasi. Sedangkan jika pakai diesel biayanya bisa sampai US$ 35 sen per kWh," jelas Nur.


PLTS, tambah Nur, juga seakan tidak memberdayakan masyarakat. "PLTS itu seperti UFO mendarat, karena tidak ada interaksi dari masyarakat. Kalau biomassa masyarakatnya tanam pohon, kayunya bisa dijual ke pembangkit, makanya salah satu syarat ada PLTBM itu tanahnya harus subur," paparnya.


Nur mengatakan, untuk membangun PLTBM dengan kapasitas 1 MW dibutuhkan dana US$ 5 juta.


"Saat ini kita sedang buat pilot project dengan GE (General Electric) untuk menciptakan teknologi mesin khusus PLTBM. September ini uji coba," katanya.


"Memang di beberapa tempat juga sudah ada PLTBM, seperti di Bangli yang menggunakan bambu sebagai bahan bakarnya. Ada di Gorontalo pakai jagung, tapi teknologi yang dipakai masih eksperimen," tutupnya.


(rrd/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!