Subsidi Premium Dicabut, Ekonom BCA: Market Menyambut Positif

Jakarta -Pemerintah telah menetapkan kebijakan menghapus subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Karena Premium sudah mengikuti mekanisme pasar, kini harganya menjadi menjadi Rp 7.600/liter dari sebelumnya Rp 8.500/liter.

Untuk BBM diesel atau Solar, pemerintah masih memberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter. Kini harga Solar menjadi Rp 7.250/liter, turun dari sebelumnya Rp 7.500/liter.


Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual menilai, pelaku pasar menyambut positif kebijakan pemerintah tersebut. Melalui kebijakan itu, ruang fiskal pemerintah semakin longgar sehingga akan mudah mendorong pembangunan infrastruktur.


"Sudah diekspektasi, market menyambut positif dan menerima kebijakan pemerintah. Risiko fiskal berkurang,” kata dia saat dihubungi detikFinance, Minggu (4/1/2015).


David menjelaskan, dana penghapusan subsidi Premium bisa dialikan ke sektor yang lebih produktif seperti pembangunan infrastruktur. Bila infrastruktur berjalan baik, maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.


"Budget untuk subsidi BBM tidak lagi fluktuatif akibat naik turunnya harga minyak dunia. Inflasi tidak akan melonjak. Ke depan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik asalkan pemerintah bisa membelanjakan dananya dengan baik,” jelas dia.


Untuk itu, David menyebutkan pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan akan bergerak di kisaran angka 5-5,5%.


"Pertumbuhan ekonomi tergantung kemampuan pemerintah membelanjakan anggarannya seperti infrastruktur yang memberi daya dorong tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kalau bisa direalisasikan dengan baik, diprediksikan bisa di kisaran 5-5,5%," paparnya.


(drk/hds)