Investasi di Papua Lambat, Ini Sejumlah Masalahnya

Jakarta -Akhir pekan lalu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyambangi Papua Barat, khususnya kawasan Manokwari. Ada sejumlah kendala yang menjadi tantangan, dalam pengembangan iklim investasi di bumi cendrawasih tersebut.

Pertama adalah masalah tanah. Berbeda dengan kawasan lain yang umumnya masalah pembebasan tanah diwarnai calo dan spekulan sehingga harga melambung tinggi. Di Papua Barat, khususnya Manokwari, permasalahan tanah adalah sengketa kepemilikan.


"Umpamanya, saya bangun perusahaan sudah sepakat beli tanah dengan si A. Beberapa tahun kemudian, ada pihak lain si B yang masih punya hubungan keluarga dengan A menggugat tanah itu. Tanah itu punya saya (si B), kenapa beli dari si A? Begitu biasanya‎ yang terjadi," tutur Luky, warga sekitar yang dijumpai detikFinance di lokasi, akhir pekan lalu.


Permasalahan ini pula yang menjadi tantangan realisasi investasi pabrik semen oleh investor asal China. Karena tanahnya disengketakan, pabrik milik PT SDIC Papua Semen Indonesia ini harus tertahan realisasinya.


Kendala kedua, adalah masalah transportasi. Minimnya ketersediaan infrastruktur jalan membuat urusan logistik di Papua dan Papua Barat pada umumnya bukan perkara murah dan mudah.


Bayangkan saja, meski sudah terhubung dengan jalan sepanjang 570 km, perjalanan dari Manokwari ke Sorong harus memakan waktu hingga 20 jam. Padahal, jarak tersebut bisa disetarakan dengan jarak perjalanan dari Jakarta menuju Semarang. Waktu tempuh hanya sekitar 9 jam atau paling lama 12 jam ketika kondisi lalu lintas padat ‎seperti saat musim mudik lebaran.


"Kalau non stop perjalanannya 20 jam. Dan kendaraannya harus yang khusus medan berat. Belum masalah keamanan. Makanya medannya berat, jadi jalur darat belum menjadi pilihan‎. Orang lebih pilih lewat laut atau udara," jelas Luky.Next


(dna/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com