Pro-Kontra Pelabuhan Cilamaya, Ini Respons Bos Pelindo II

Jakarta -Pro kontra pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang Jawa Barat masih berlangsung. Kementerian Perhubungan berkeyakinan Pelabuhan Cilamaya harus dibangun untuk mengurai kepadatan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan menciptakan kompetisi.

Sementara PT Pertamina (Persero) keberatan dengan proyek Cilamaya karena pada area pantai yang menjadi alur kapal terdapat jaringan pipa dan sumur migas, Blok Offshore North West Java (ONWJ).


Menurut Pertamina, jaringan dan sumur gas berpotensi besar terganggu jika Cilamaya dibangun. Lantas apa respons PT Pelindo II (Persero) selaku pengelola Pelabuhan Tanjung Priok atas pembangunan Cilamaya?


Direktur Utama Pelindo II RJ Lino menyebut pembangunan Cilamaya perlu dievaluasi kembali. Alasan pertama ialah Indonesia harus memiliki satu pelabuhan pusat untuk menarik kapal-kapal barang raksasa sehingga mampu menawarkan ongkos angkut murah.


Jika Cilamaya dibangun, maka konsetrasi arus kapal terpecah sehingga kapal besar akan transit ke Malaysia dan Singapura kemudian memakai kapal lebih kecil ke Indonesia.


"Mau compete dengan Singapura ya kapal besar masuk Indonesia. Caranya ada pelabuhan sentral. Tidak bisa bikin Priok, Cilamaya, Semarang. Nanti yang masuk kapal kecil," kata Lino pada acara diskusi logistik di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2015).


Alasan kedua ialah Pelindo II sedang membangun New Priok dengan investasi mencapai US$ 5 miliar tanpa campur tangan uang negara. Syarat membangun New Priok ialah menunda pembangunan pelabuhan baru di area Priok.Next


(feb/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com