Pertamina dan Kemenhub Debat 'Panas' Soal Cilamaya

Jakarta -PT Pertamina (Persero) dan Kementerian Perhubungan terlibat perdebatan tentang pengembangan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat. Pertamina mempertanyakan dasar dan manfaat pembangunan Pelabuhan Cilamaya.

"Itu lebih banyak untuk car terminal. Siapa yang berkepentingan? Jangan-jangan investor Jepang? Tolong dibuka untuk siapa," tegas VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir saat bertanya kepada perwakilan Kemenhub di acara diskusi Forum Logisitik di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2015).


Bila pembangunan Pelabuhan Cilamaya dilanjutkan, tambah Ali, ada dampak besar yang terjadi terhadap ketahanan energi. Di area pantai yang menjadi alur kapal Pelabuhan Cilamaya terdapat jaringan pipa blok Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola oleh Pertamina.


Jaringan dan sumur gas berpotensi besar terganggu jika Pelabuhan Cilamaya dibangun. Setidaknya terdapat pipa sepanjang 1.700 km yang terkoneksi. Jika sedikit terganggu maka semua jaringan kena imbasnya.


"ONWJ untuk supply gas pembangkit PLN. Jakarta potensi gelap gulita. Kemudian pasokan gas untuk Pupuk Kujang bisa berhenti. Mau diapakan petani? ONWJ itu ke Balongan. Dia pasok BBM dan Elpiji ke Jakarta dan Jabar nanti terganggu," jelas Ali.


Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina, Syamsul Alam menyebut peran vital jaringan sumur migas ONWJ di alur calon Pelabuhan Cilamaya. Aktivitas ekonomi dan ekplorasi migas di area Blok ONWJ mencapai Rp 21 triliun/tahun. Aktivitas migas di area tersebut masih berlangsung hingga 25 tahun ke depan.


"Kita bukan nggak setuju. Hanya kebetulan kita bicara negara. Indonesia punya sumber energi ada di daerah itu. Ketahanan energi ingin kita capai. Kita buat infrastruktur tapi korbankan energi," tegas Syamsul.


Menanggapi hal tersebut, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub Adolf R Tambunan menjelaskan pembangunan Pelabuhan Cilamaya murni untuk mendukung aktivitas ekonomi dan pergerakan barang. Apalagi ekonomi Indonesia akan terus tumbuh.


Pembangunan pelabuhan ini murni ide memangkas ongkos logistik dan menciptakan persaingan. Untuk mencegah terjadi gangguan saat operasi, rencana posisi Pelabuhan Cilamaya digeser sejauh 2,9 km dari titik awal.


"Biar Tanjung Priok dan Cilamaya bersaing. Kalau kapal ritel dia lewat Priok, kalau bawa bahan baku lewat Cilamaya. Itu paksa persaingan antar operator pelabuhan," papar Adolf.


(feb/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com