Bos Garuda: 50% Pendapatan Kami Adalah Dolar

Jakarta -PT Garuda Indonesia Airlines Tbk (GIAA) masih bisa meraup untung Rp 112 miliar di 2013, meski harga avtur melambung karena dolar yang terus menguat. Apa alasannya?

Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan, 50% pendapatan Garuda adalah dalam bentuk dolar. Itu dikarenakan Garuda mengoperasikan sejumlah armadanya ke rute-rute internasional.


"Jadi 50% pendapatan kita dari dolar. Sedangkan operasional 60% dalam dolar, 40% itu rupiah. Kalau penerbangan hanya domestik itu dampaknya signifikan," kata Emir di acara Paparan Kinerja Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (10/2/2014).


"Tapi mau tidak mau, kita harapkan rupiah ini menguat," imbuh Emir.


Dengan demikian, bila dolar menguat, maka penumpang rute internasional yang membayar dengan menggunakan dolar pun akan menguatkan pendapatan Garuda.


Lain halnya dengan Citilink, anak usaha Garuda Indonesia ini menggantungkan pendapatannya hanya pada bisnis penerbangan domestik.


"Bedanya kita dengan mereka (Citilink), 50% dari pendapatan kita itu valuta asing. Jadi dengan demikian, kalau kurs menguat, 50% dari pendapatan kita menguat juga. Kalau Citilink terdampak lebih berat," Direktur Penjualan dan Pemasaran Garuda Indonesia Erik Meijer di tempat yang sama.


Secara terpisah, Direktur Utama Citilink Arief Wibowo mengatakan, strategi yang diambil Citilink untuk mengantisipasi nilai tukar dolar yang menguat adalah dengan menaikkan harga tiket.


"Strategi kita adalah salah satunya kita akan memaksimalkan pricing (tiket) yang kita naikkan. Kita akan tetap fokus terhadap efisiensi, utilisasi," kata Arief.


(zul/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!