Wamen ESDM dan Wamenkeu Rayu Investor di Singapura Bangun Kilang Minyak

Singapura -Pemerintah hari ini tengah mendekati sekitar 30 investor di Singapura untuk membangun kilang minyak di Indonesia. Wakil pemerintah adalah Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo dan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan kehadiran Wamenkeu Bambang dalam kegiatan yang disebut sounding market ini sangat penting. Karena menyangkut dengan kepastian insentif pajak dari pemerintah.


"Hari ini tadi baru ada pembahasan dengan beberapa investor yang dihadiri oleh Wamen ESDM, Wamenkeu, dan (wakil) Pertamina. Mengapa Wamenkeu harus ikut? Karena menyangkut insenstif," ungkap Hatta di Grand Copthorne Waterfront Hotel, Singapura, Selasa (11/2/2014)


Insentif beberapa waktu lalu memang menjadi masalah. Salah satu calon investor yaitu Kuwait Petroleum akhirnya kabur dan membatalkan niat untuk membangun kilang di Indonesia, karena insentif yang diajukan sangat berlebihan dan tidak disanggupi pemerintah.


"Kita mau kasih insentif, tapi dia mintanya itu bertentangan dengan UU kita. Dia minta setelah masa tax holiday diberikan pajak badan hanya 5%. UU kita itu kan minta sekitar 20%. Ya nggak bisa. setelah tax holiday itu kan nggak bisa lagi. Nggak mungkin. Itu mengapa tidak jadi," jelas Hatta.


Hatta menuturkan, insentif itu adalah instrumen keadilan antara pemerintah dan pengusaha. Internal rate of return (IRR) dari investasi pada kilang minyak sangat rendah. Sehingga untuk membuahkan keuntungan pada investor, pemerintah harus memberikan kelonggaran pada kebijakan fiskal.


"Berapa besaran insentifnya tergantung apabila sudah mencapai IRR yang dirasa adil. Mau diberi insentif sebanyak-banyaknya kalau IRR di bawah bunga bank ya nggak jalan. Tapi kalau IRR-nya sudah tercapai, ngapain kasih insentif. Jadi kembali lagi insentif itu instrumen keadilan. Sekarang kenapa diberikan insentif karena IRR nya rendah sekali, di bawah 7%. Nggak mungkin, bangkrut usaha," papar Hatta.


"Kalau IRR-nya sudah adil, misalkan 12% ya sudah. Jangan minta aneh-aneh lagi tiba-tiba minta 20%. kan tidak mungkin," tutup Hatta.


(mkl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!