Ini Kesalahan RI Sampai Ketergantungan Impor Minyak dari Singapura

Singapura -Singapura menjadi tumpuan Indonesia untuk memasok bahan bakar minyak (BBM) impor. Bahkan disebutkan, Indonesia akan kelimpungan bila Singapura menghentikan pasokan BBM.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menilai, ini adalah kesalahan dari telatnya pembangunan kilang minyak di dalam negeri. Maka dari itu, Indonesia sangat bergantung kepada Singapura yang memiliki salah satu kilang terbesar.


"BBM itu kan diproses dari minyak mentah. Kita ini terlambat membangun refinering (kilang), makanya sekarang baru mau dibangun. Baru akan dan telat memang," ungkap Hatta di Grand Copthorne Waterfront Hotel, Singapura, Selasa (11/2/2014).


Singapura menurut Hatta, merupakan produsen BBM terbesar di dunia. Indonesia bahkan tidak mempunyai pilihan lain saat ini, selain membeli minyak dari Singapura. Pada catatannya impor BBM dari Singapura ini senilai US$ 16,9 miliar.


"Untuk BBM harus diakui Singapura lah yang terbesar memproduksi BBM, jadi kita membeli dari Singapura," sebutnya.


Berbeda halnya dengan minyak mentah. Karena sudah ditetapkan Pertamina tidak dibenarkan lagi membeli minyak dari trader (pedagang).


"Kalau yang non BBM kita langsung tidak lewat trader lagi, sudah langsung kepada produsen kan. Pertamina kan tidak dibenarkan lagi melewati trader, langsung kepada produsen," jelas Hatta


Untuk itu menurut Hatta, cara mengurangi impor asalah satunya adalah dengan membangun kilang minyak di dalam negeri. Di mana mampu menjaga ketahanan energi.


"Kalau sekarang impor itu di Singapura pasti minyak, karena BBM kita sebagian besar dari sini," imbuhnya.


(mkl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!