Selain ditopang penguatan sejumlah saham big-caps yang sektornya bullish sepanjang tahun ini, penguatan IHSG pekan lalu turut ditopang sejumlah saham lapis dua dan tiga dipicu aksi window dressing menjelang akhir tahun. Sementara Wall Street akhir pekan lalu setelah Christmas holiday melanjutkan tren bullish. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,13% dan 0,33% tutup di 18053,71 dan 2088,77. Sepekan indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 1,4% dan 0,88% ditutup di level tertinggi baru. Indeks DJIA pekan lalu untuk pertama kalinya berada di atas level 18000 sepanjang sejarahnya.
Pasar Wall Street bergerak bullish sejak 2009 lalu. Hal ini sejalan dengan tren penguatan perekonomian negara adidaya tersebut. Hasil FOMC Meeting pertengahan Desember lalu yang masih mempertahankan tingkat bunga rendah dan angka pertumbuhan ekonomi AS yang melampaui ekspektasi menjadi pemicu utama penguatan Wall Street pekan lalu. Di sisi lain harga minyak mentah kembali merosot 2,2% akhir pekan lalu di USD55,84/barel menyusul tren penguatan dolar AS dan naiknya cadangan minyak mentah AS pekan lalu.
Pada perdagangan awal pekan terakhir tahun ini yang tersisa dua hari perdagangan, IHSG berpeluang melanjutkan tren penguatannya terutama ditopang bullish pasar saham global dan redahnya gejolak nilai tukar rupiah atas dolar AS. IHSG akan menguji resisten di kisaran 5185 hingga 5210 dengan topangan aksi beli selektif terhadap saham sektoral seperti infrastruktur, jasa konstruksi dan semen, otomotif, perbankan, dan sejumlah saham lapis dua dan tiga terutama yang bergerak di sektor transportasi karena diuntungkan dengan tren penurunan harga minyak mentah dunia.
(ang/ang)