RI Masih Bergantung Impor Kertas Bekas dari AS dan Eropa

Jakarta -Pihak Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kebutuhan kertas bekas impor di dalam negeri terus meningkat. Peningkatan kebutuhan kertas paling untuk kebutuhan kertas cokelat oleh industri. Kertas cokelat biasanya digunakan sebagai kemasan pembungkus bagi industri makanan minuman dan elektronika.

Hal ini diungkapkan Direktur Hasil Hutan dan Perkebunan, Kemenperin Pranata saat ditemui di Auditorium Utama Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais Jakarta, Senin (29/12/2014).


"Pabrik kertas membutuhkan waste paper untuk membuat kertas industri atau kertas cokelat itu 100% bahan bakunya waste paper," katanya.


Pranata menjelaskan total kebutuhan waste paper bagi industri kertas cokelat per tahun 7 juta ton. Dari jumlah itu, waste paper yang bisa dipasok dari dalam negeri hanya 2,5-3 juta, sisanya 4 juta ton harus diimpor. Importasi waste paper berasal dari beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan negara-negara Asia.


Tingginya impor waste paper dari luar negeri disebabkan jenis kertasnya yang mempunyai kualitas tinggi dan berharga murah. "Tuntutan kualitasnya juga cukup bagus. Yang jelas dicari kertas dengan kualitas tinggi. Kemudian kompetitif di harga," imbuhnya.


Dilihat dari jumlah pabik kertas di dalam negeri saat ini, dari total 80 pabrik kertas, lebih dari 50% menggunakan bahan baku waste paper.


"Yang menggunakan waste paper? lebih dari separuh dari total 80 pabrik kertas karena kertas cokelat pakai itu," jelasnya.


(wij/hen)