Dalam seminar bertema Peluang dan Tantangan Perekonomian Indonesia dalam MEA 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (30/1/2015), Bambang mendapatkan pertanyaan oleh salah satu peserta seminar, yaitu soal kurs yang pas untuk rupiah.
"Saya lihat yang pas itu Rp 11.000-Rp 12.000/US$, 5 tahun ke depan. Kenapa? karena menurut saya itu yang paling menggambarkan fundamental ekonomi kita," kata Bambang di depan 400 anggota Ikatan Alumni Universitas Airlangga.
Ia menggaris bawahi, nilai tukar terlalu kuat juga belum tentu baik untuk Indonesia. Alasannya bisa bahaya bagi kinerja ekspor industri manufaktur Indonesia.
"Angka yang saya sebutkan tadi, itu adalah yang paling pas. Karena kalau kita lihat negara-negara seperti Jepang, Australia, Korea Selatan itu malah berlomba-lomba menurunkan nilai tukarnya karena kalau mata uangnya terlalu kuat malah akan menganggu kinerja ekspor," katanya.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 (APBN-P 2015) pemerintah dan DPR sepakat nilai tukar dolar terhadap rupiah mencapai Rp 12.500.
(dna/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
