Hamm, yang merupakan pendiri perusahaan minyak Continental Resources, mengatakan, booming minyak jenis shale oil di AS dilihat Arab Saudi sebagai ancaman ekonomi.
"Terkadang mereka (Arab) sukses (menekan produksi minyak AS). Tapi kali ini kami berharap mereka gagal," kata Hamm.
"Saya pikir, Arab telah memutuskan tidak akan memangkas produksi (minyak). Jadi mereka (Arab) memaksa semua orang untuk melakukan hal yang sama," kata Hamm dilansir dari CNBC, Selasa (3/3/2015).
Hamm berargumentasi, bahwa OPEC tidak begitu kuat saat ini. Berikut sedikit cerita soal perang harga minyak, yang membuat harganya jatuh sejak pertengahan 2014 lalu.
Langkah Arab Saudi menggenjot produksi dan menurunkan harga minyak dunia tidak hanya menghancurkan Rusia. Perusahaan minyak AS juga terhancam.
"Yang bisa kami lakukan saat ini sebagai perusahaan, adalah memangkas rencana investasi," kata Hamm.
Sejak Juni 2014, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di AS turun 50% lebih. Sempat naik pada Februari, namun di awal Maret kembali jatuh.
Meski begitu, Hamm optimistis, masih ada kesempatan bagi perusahaan migas di AS untuk berkembang. Hamm merupakan pengusaha yang vokal mendorong dibukanya ekspor minyak oleh AS, setelah 40 tahun ditutup. Saat ini AS membuka pintu ekspor minyaknya.
Sebagai data, kemarin harga minyak dunia turun 1% setelah sebelumnya sempat naik. Penurunan ini terjadi karena melemahnya sektor manufaktur di China dan naiknya produksi Libya.
(dnl/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
