Kekuatan Merpati: Jagoan di Rute Perintis

Jakarta - Di tengah himpitan berbagai persoalan, PT Merpati Nusantara sebetulnya memiliki keunikan dan andalan yang berbeda dengan maskapai penerbangan lain. Merpati adalah rajanya penerbangan di rute-rute perintis.

“Penerbangan perintis memang identik dengan Merpati,” ujar Herry Saptanto, VP Corporate Secretary Merpati pada pekan lalu.


Untuk menembus kawasan-kawasan pelosok nusantara, Merpati mengoperasikan 31 unit pesawat, dari jenis Boeing 737 sampai pesawat Casa bertubuh kecil buatan Spanyol, untuk melayani 100 rute penerbangan. Tapi sayang, saat ini hanya setengah pesawat Merpati yang beroperasi.


Jurusan yang dituju Merpati tak jarang terdengar asing di telinga, khususnya bagi masyarakat Indonesia bagian barat. Contoh saja, Bintuni dan Karubaga di Papua, atau Namrole dan Namlea di Maluku.


“Kekuatan kami adalah rute yang sampai ke kecamatan,” ujar Herry. Oleh sebab itu, Merpati sebetulnya memiliki prospek yang cerah. “Indonesia adalah negara kepulauan yang besar. Kebutuhan ini bisa disediakan oleh penerbangan perintis, yang bisa menjangkau sampai ke tempat-tempat terpencil.”


Di tengah persoalan utang yang membelit dan mismanajemen, Merpati akan tetap fokus ke rute perintis. Soalnya, penerbangan ke kawasan terpencil masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mobilitas publik di daerah terpencil.


Raja di jalur perintis ini juga mendapat pengakuan dari pesaingnya, salah satunya adalah Trigana Air. Eko Budi Gunarto, Marketing Support Manager Trigana Air, mengatakan pesaing yang paling kuat di bisnis penerbangan perintis adalah Merpati.


“Merpati memang didesain menjadi jembatan udara Indonesia. Merpati yang pertama mengembangkan rute-rute perintis,” kata Eko.


Bisnis penerbangan perintis, lanjut Eko, sebenarnya sangat prospektif karena persaingannya tidak seketat rute-rute konvensional. Selain itu, perhitungan biaya juga bisa lebih presisi.


“Kalau di rute ramai seperti Jakarta-Surabaya waktu tempuh diperkirakan 1 jam 20 menit, tapi bisa molor bahkan menjadi 1 jam 50 menit karena bandaranya padat. Untuk rute perintis, waktu penerbangan 1 jam ya 1 jam karena bandaranya sepi. Ini membuat perhitungan biaya, terutama bahan bakar, menjadi lebih presisi,” papar Eko.


(DES/DES)