8.000 Ekor Sapi Impor Siap Potong Masih di Kandang Para Importir

Jakarta - Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 699/2013 untuk mendatangkan ribuan ekor sapi impor siap potong asal Australia. Ini untuk menekan tingginya harga. Namun hingga kini, sapi-sapi itu belum dipotong alias masih disimpan para importir.

"Sapi-sapi itu (sapi siap potong) masih di kandang mereka (importir)," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi kepada detikFinance, Jumat (9/8/2013).


Menurut Asnawi, importir sengaja menahan sapi karena beralasan mendapatkan penolakan dari para pedagang daging sapi di pasar. Namun hal ini dibantah para pedagang daging sapi.


"Alasan tidak dikeluarkan karena ada penolakan dari para pedagang. Pedagang mengatakan sapinya banyak lemak dan sebagainya, padahal itu tidak benar," imbuhnya.


Seharusnya menurut aturan, importir langsung mendistribusikan sapi-sapi tersebut ke tempat penjagalan untuk kemudian dagingnya disebar ke pasar tradisional. Kedatangan sapi siap potong dimulai sejak akhir Juli 2013.


Gelombang pertama sebanyak 1.478 ekor sapi siap potong masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Disusul gelombang kedua dengan jumlah sapi sebanyak 4.817 ekor. Kementerian Perdagangan sendiri mencatat jumlah sapi siap potong yang sudah masuk berjumlah 8.000 ekor.


"Sapinya saat ini di mana? Menurut pengamatan kami belum ada masuk ke rumah pemotongan hewan (RPH) baik itu gelombang pertama yang 1.478 ekor. Kalau memang sapinya ada, di mana lokasinya dan siapa yang mendapatkan kapasitas itu, dan sapi itu turun dari kapal perusahaan mana yang mendapatkan? Kemudian yang datang di gelombang kedua sebanyak 4.817 ekor itu juga ke mana?" tutur Asnawi.


Asnawi meminta pemerintah segera melakukan sidak kepada para importir sapi yang sengaja menimbun sapi siap potong. Cara-cara kotor ini yang menurutnya menjadi penyebab harga daging sapi terus melonjak.


"Ini harus disidak karena penimbunan termasuk tindak pidana. Pemerintah dikadalkan oleh mereka (importir), ini kan pelanggaran," cetusnya.


(wij/dnl)