Harga Daging Masih Rp 100 Ribu/Kg, Wamendag: Pedagang Ambil Untung

Jakarta - Sampai saat ini harga daging masih menembus Rp 100 ribu per kg, meski pemerintah sudah mendatangkan pasokan ribuan ekor sapi impor siap potong dari Australia. Bagaimana penjelasan pemerintah?

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, harga daging menjelang lebaran naik hingga menyentuh Rp 120 ribu per kg karena aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan oleh pedagang.


Bayu menceritakan, sampai kemarin, sudah ada 8 ribu ekor sapi siap potong yang diimpor dan masuk ke Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah lagi.


Menurutnya, kondisi tingginya harga daging saat ini tidak lazim. Karena pasokan sapi ke rumah potong hewan (RPH) meningkat seiring bertambahnya pasokan sapi impor siap potong. Lima hari sebelum lebaran, ujar Bayu, pasokan sapi bisa naik 2,5 kali lipat dibandingkan 2 minggu sebelum lebaran.


"Yang juga menarik, sapi dalam negeri yang dipotong juga naik. Jadi sebenarnya kalau lihat dari suplai dan permintaan harunya barangnya ada, artinya dalam 3 sampai 4 hari ini tidak ada kelangkaan daging mestinya. Dan kalau kita lihat dari harga dalam 3 minggu turun dari R 83 ribu-Rp 84 ribu di tingkat RPH, turun terus sampai di bawah Rp 80 ribu. Seharusnya tidak terjadi Rp 120 ribu. Kita catat, itu lebih merupakan profit taking dari pedagang," tutur Bayu saat menghadiri open house di Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/8/2013).


Bayu mengatakan, harga di RPH seharusnya maksimal Rp 81.500 per kg, dan harusnya di tingkat pedagang eceran harga daging adalah Rp 86 ribu-87 ribu per kg, atau maksimal Rp 90 ribu per kg. "Jadi kalau ada harga Rp 120 ribu itu profit taking," imbuh Bayu.


"Ini fenomena yang seharusnya tidak terjadi. Kalau H-2 ibu-ibu pasti belanja, itu yang dimanfaatkan (pedagang ambil untung). Ini yang saya kita sebagai fenomena yang bisa terulang lagi," kata Bayu.


Namun, Bayu mengakui, pasokan sapi impor agak terlambat masuknya. Untuk ke depan, keterlambatan ini menurut Bayu tidak akan terulang.


Pada kesempatan tersebut, Bayu mengatakan, impor sapi yang dilakukan pemerintah memang untuk mengamankan harga menjelang lebaran. Untuk selanjutnya, dia mengatakan, pemerintah akan memikirkan sebuah sistem baru agar harga daging sapi bisa ditahan lebih lama.


"Nanti kita pikirkan September, Oktober, November, Desember nanti bagaimana. Terus 2014 program sapinya bagaimana, misalnya salah satunya kuncinya adalah hasil verifikasi BPS bagaimana?" katanya.


Dia mengatakan, data BPS soal populasi sapi mengalami perubahan, dari awalnya 16 juta ekor sapi yang ada di Indonesia, menjadi hanya 13,2 juta ekor sapi, atau turun 20%. Kondisi ini akan mengubah kebijakan yang diambil oleh pemerintah.


(dnl/dnl)