"Semua orang bilang logistic cost kita tinggi. Tapi ada yang tahu sakitnya apa?" ujar Lino kala berkunjung ke kantor detik.com, Rabu (19/3/2015).
Oleh karena itu, Lino pun meminta lembaga riset internasional McKinsey untuk meneliti hal itu. Biayanya lumayan, yaitu US$ 8 juta atau sekitar Rp 104 miliar.
Hasilnya, ditemukan bahwa biaya logistik di Indonesia adalah 26,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dari angka tersebut, penyumbang terbesarnya adalah inventori atau biaya penyimpanan sebesar 8,7%.
"Penyakitnya kebanyakan inventory, itu kurang lebih US$ 100 miliar, Rp 1.300 triliun. Hampir 5 kali subsidi BBM," kata Lino.
Penyebabnya, lanjut Lino, adalah tidak ada kepastian barang keluar dari pelabuhan. Meski waktu bongkar muat di pelabuhan (dwelling time) disebut rata-rata sekitar 5 hari, tetapi pada praktiknya ada yang sampai hitungan bulan bahkan tahun.
"Dwelling time semua bicara rata-rata, saya nggak peduli itu. Tapi standar deviasinya. Ada yang 2 minggu, 3 minggu, 4 bulan, akhirnya kan orang mau pakai angka rata-rata bagaimana? Terpaksa paling sedikit 1-1,5 bulan," jelas Lino.Next
(hds/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com