Biaya Logistik Tinggi, RI Hanya Jadi Basis Produksi Barang Murah

Jakarta -RJ Lino, Direktur Utama PT Pelindo II (Persero), mengatakan studi Bank Dunia menunjukkan bahwa di level ASEAN tenaga kerja di Indonesia adalah yang terbanyak. Namun potensi ini tidak termanfaatkan karena hanya membuat produk berharga murah.

"Ini dari Bank Dunia. Indonesia tenaga kerja industrinya terhadap ASEAN itu 55%. Tapi value yang di-create hanya 15%," kata Lino kala menyambangi kantor detik.com, Rabu (19/3/2015).


Sementara di Malaysia, lanjut Lino, tenaga kerjanya hanya 5% tetapi menghasilkan produk yang nilainya menguasai 32% pasar ASEAN. Kemudian di Thailand, tenaga kerjanya 20% dan mampu menciptakan produk-produk yang nilainya menguasai 40% pasar ASEAN.


"Artinya apa? Di Indonesia orang hanya bikin produk yang murah," tegas Lino.


Menurut Lino, penyebab utama masalah ini adalah tingginya biaya logistik di Indonesia yang mencapai 26% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Di Malaysia, biaya logistik adalah 13% PDB dan di Thailand adalah 15% PDB.


"Produk mahal nggak mau diproduksi di Indonesia selama logistic cost itu nggak dibenerin. Selama keandalan dan kepastian itu nggak ada," kata Lino.


Di Indonesia, bahkan waktu keluar barang dari pelabuhan pun tidak bisa diperkirakan. Karena rantai pemeriksaan yang panjang, barang bisa saja baru keluar dalam hitungan minggu atau bulan.


"Orang bikin produk mahal itu harus tahu yakin, 'oh hari ini saya bisa keluarin'. Jadi begitu krusialnya perbaikan logistik ini sehingga produk mahal bisa dibikin di Indonesia," jelas Lino.


(hds/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com