Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan, kebutuhan elpiji nasional mencapai 6,6 juta metrik ton (MT). Dari jumlah itu, sebagian besar masih didapat dari impor. Karena, Pertamina sudah menyerap seluruh produksi elpiji nasional, namun tidak cukup menutupi kebutuhan.
"Kebutuhan kita tahun ini 6,6 juta MT, impor mencapai 4,4 juta MT, sisanya dipasok dari produksi dalam negeri," ujar Bambang kepada detikFinance, Senin (2/3/2015).
Bambang mengungkapkan, sebagian besar impor elpiji Pertamina dari negara-negara Timur Tengah. Impor ini, harga patokannya menggunakan harga CP Aramco.
"Paling banyak ya impornya dari Timur Tengah seperti Saudi Aramco (Arab Saudi), Qatar, dan lainnya," tutup Bambang.
Seperti diketahui, mulai 1 Maret 2015, menaikkan harga elpiji 12 kg, harga termurah ada di Balongan dan Cilacap, harga di tingkat agen Rp 131.200/tabung.
Sementara, harga elpiji 12 kg paling mahal se-Indonesia terdapat di Bitung, Sulawesi Utara, yang harganya Rp 13.367/kg atau Rp 160.400/tabung.
Sedangkan harga elpiji 12 kg di Sorong, Papua hanya Rp 10.933/kg atau Rp 131.200 tabung, atau termasuk salah satu daerah paling murah harga elpiji tabung birunya.
Berikut daftar harga baru elpiji 12 kg di seluruh Indonesia.
(rrd/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
