3 BUMN Ini Segera Punya Peternakan Sapi di Australia

Jakarta - Setelah PT Santosa Agrindo (Santori) sukses mengakuisisi 2 perusahaan peternakan sapi di Australia dengan total lahan sebesar 555.000 hektar, kini 3 nama investor lain juga disebut mengikuti jejak yang sama.

"Tanah peternakan di Northern Teritorial di Australia sebesar 555.000 hektar sudah diakuisisi oleh perusahaan swasta Santori yang sudah cukup lama ada di Indonesia. Kini beberapa perusahaan lain masih dalam proses. Yang intensinya tinggi ada 2 perusahaan dan 1 perusahaan lainnya masih dalam pembicaraan," ungkap Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema saat ditemui detikFinance di JIExpo Kemayoran Jakarta, Kamis (17/10/2013).


Ketiga perusahaan itu adalah perusahaan pelat merah asal Indonesia (BUMN) yaitu PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero), PT Pupuk Indonesia Holding Company dan PT Berdikari (persero). RNI dan Pupuk Indonesia adalah 2 perusahaan yang intensitas pembicaraan rencana kepemilikan lahan sapi cukup tinggi.


Kedua perusahaan itu dikatakan Nadjib sudah mengikuti acara Windows Beef Forum yang dihelat bulan September 2013 yang lalu. Acara tersebut ditujukan agar perusahaan Indonesia bisa memiliki lahan peternakan sapi di Australia mengingat kebutuhan sapi di Indonesia yang cukup besar.


"PT Pupuk dan RNI mereka sudah ikut Windows Beef Forum sama seperti Santori. Alasannya sebetulnya kita ketergantungan tinggi terhadap ternak hidup asal Australia. Jadi dengan adanya langkah dari perusahaan ini untuk investasi di sana, jaminan pasokan bisa terpenuhi," imbuhnya.


Pemerintah Australia sangat terbuka dan menyambut baik para calon investor asal Indonesia yang berminat mengakuisisi dan memiliki lahan peternakan sapi di Australia. Beberapa kemudahan berupa insentif juga akan diberikan kepada calon investor.


Sedangkan untuk harga lahan peternakan sapi di Australia tergantung ukuran atau luas. Tetapi rata-rata harga jual lahan peternakan sapi di Australia berkisar antara US$ 30 juta hingga US$ 300 juta.


"Kita juga sudah berbicara dengan menteri pertanian Australia mengenai join venture yaitu modal dari Indonesia dan keahlian dari Australia. Mereka (pemerintah) berkomimen untuk memberikan kemudahan berinvestasi," ujarnya.


(wij/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!