Alasan Importir: Kami Impor Gula karena Produksi Dalam Negeri Tak Cukup

Jakarta -Kalangan produsen gula rafinasi yang juga importir gula mentah (raw sugar) punya alasan untuk tetap mengimpor gula hingga 3 juta ton per tahun. Mereka beralasan pasokan di dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan raw sugar sebagai bahan baku gula rafinasi/industri.

Pihak Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) sebagai importir gula mentah mengaku seluruh bahan baku produksi gula rafinasi harus diimpor.


‎"Gula rafinasi seluruh bahan bakunya harus impor. Karena produksi dalam negeri itu tidak cukup‎," kata Sekretaris Jenderal AGRI, Riyanto kepada detikFinance, Jumat (12/12/2014).


Riyanto mengatakan, kebutuhan gula mentah untuk diproses menjadi gula rafinasi setiap tahunnya berkisar 3 juta ton hingga 3,2 juta ton. ‎Angka tersebut tak dapat dipenuhi oleh pasokan dalam negeri. Hal ini karena seluruh produksi gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi sebanyak 2,1-2,5 juta ton dari petani dijual ke konsumen.


"Jadi kebutuhan nasional itu sekitar 5 juta lebih. Yang 2,1 juta itu sudah untuk konsumsi," tuturnya.


Ia mengatakan, pihaknya tak mau terus-terusan mengimpor gula mentah. Mereka ingin mendapatkan bahan baku dari dalam negeri dengan cara membuka lahan perkebenunan tebu sendiri, namun menurutnya terkendala ketersediaan lahan.


"Asal ada lahan itu pasti mau. Siap kok, asal ada lahan. Masalah‎nya hanya lahan," tuturnya.


Di tempat terpisah, Ketua Umum AGRI Wisnu Hendraningrat menyebut sudah ada dua anggota asosiasinya yang memiliki lahan tebu di Lamongan, Jawa Timur dan Dompu, Nusa Tenggara Barat.


"Jadi kami pun sebenarnya mendukung swasembada gula. Kalau memang disediakan pemerintah lahan, kami siap membangun pabrik baru," tutupnya.


Namun secara terpisah pihak Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI) menyebutkan kini ada kurang lebih 1,2 juta ton gula kristal putih yang belum laku terjual karena kalah bersaing dengan gula impor eks pabrikan gula rafinasi, yang merembes ke pasar umum.


(zul/hen)