Bos Bank Mandiri: Uang Orang Kaya RI di Singapura Rp 4.000 Triliun

Bukit Tinggi -Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menggenjot pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan tol, jalan kereta, saluran irigasi, pembangkit listrik hingga kilang minyak.

Kebutuhan dana untuk membangun proyek infrastruktur sebesar Rp 2.500 triliun hingga 5 tahun ke depan. Artinya kebutuhan dana dalam setahun sebesar Rp 500 triliun.


Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi G. Sadikin menjelaskan pembiayan proyek infrastruktur tersebut tidak bisa 100% dibiayai dari perbankan dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pemerintah bisa mencari alternatif pembiayaan seperti menarik uang orang kaya Indonesia yang diinvestasikan atau disimpan di bank-bank di Singapura.


"Uang orang kaya Indonesia di Singapura sebesar Rp 4.000 triliun bisa kita bawa balik. Bisa ke pasar obligasi. Mandiri bisa bantu dengan refinancing hingga 5 tahun depan," kata Budi saat acara media training di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, Sabtu (13/12/2014).


Budi berpendapat pembiayaan proyek infrastruktur paling efektif adalah obligasi karena bersifat jangka panjang. "Pembiayaan infrastruktur lebih bagus pakai bond," ujarnya.


Sementara itu, Head of Mandiri Institute Moekti P. Soejachmoen menjelaskan pemerintah akan memperoleh penghematan anggaran dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Dana penghematan itu dipakai untuk membantu pembiayaan infrastruktur.


"Tahun depan ajukan APBN-P 2015. Di sana perlu persetujuan pemerintah. Ada kemungkinan jegal. Tapi rasional nggak mungkin dijegal. Alokasi penghematan subsidi tetap 50% untuk infrastruktur dan 50% untuk kesejahteraan rakyat," jelasnya


Selama ini, orang-orang kaya asal Indonesia dinilai sangat gemar menaruh kekayaan atau uangnya di Singapura. Alasannya terkait pajak dan hukum yang relatif stabil di Singapura.


Perhitungannya, total uang orang kaya Indonesia secara pribadi di Singapura mencapai Rp 1.500 triliun. Nilai itu belum termasuk dana atau aset perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Singapura. Bila ditambah uang perusahaan bisa jadi US$ 300 miliar lebih atau sekitar Rp 3.600-4.000 triliun.


(feb/hen)