Kebutuhan Gula Impor 2 Juta Ton, Kenapa yang Masuk 3,2 Juta Ton?

Jakarta -Para petani tebu rakyat di Indonesia mengeluh karena terpukul karena serbuan gula impor. Realisasi impor yang ada saat ini dinilai melenceng dari kebutuhan yang seharusnya.

‎Gula yang diimpor adalah gula mentah atau raw sugar yang kemudian diproses menjadi gula rafinasi. Gula rafinasi yang seharusnya diperuntukkan bagi kebutuhan industri makanan dan minuman ini merembes ke pasar menjadi gula konsumsi yang harganya jauh lebih murah. Dampaknya, gula konsumsi hasil produksi pabrik dan petani tebu Indonesia tidak laku.


Wasekjen Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Nur Khabsin mengatakan, kebutuhan gula rafinasi impor adalah 2 juta ton. Namun nyatanya, impor bisa mencapai 3,2 juta ton pada 2013.


"Walau tahun ini turun jadi 2,8 juta ton, tetapi masih melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Itu yang menyebabkan harga gula petani terpuruk," tegas Nur kepada detikFinance, Jumat (12/12/2014).


Nur menjelaskan, harga biaya produksi gula petani kini rata-rata berada di kisaran Rp 8.791/kg. Sedangkan harga jualnya di pasaran jauh lebih rendah yaitu Rp 7.700/kg. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gula yang ditetapkan Rp 8.500/kg pun belum cukup bagi petani untuk meraup untung.


Dikatakan Nur, harga raw sugar impor sebelum diolah menjadi ‎gula rafinasi berkisar di angka‎ Rp 5.000/kg. Lalu melalui proses pengolahan dengan biaya Rp 1.000/kg. Berarti, harganya rata-rata Rp 6.000/kg.


"Kalau itu dijual Rp 7.700, dia masih untung banyak. Sementara petani merugi," tuturnya.


Nur mengatakan, padahal sudah jelas-jelas pemerintah memiliki aturan mengenai pelarangan gula rafinasi ini menyerbu pasar umum, karena peruntukannyaa hanyalah untuk industri makanan dan minuman. Ditambah lagi, para importir atau pengusaha gula rafinasi mengimpor bahan baku berupa raw sugar dengan harga yang murah, jauh lebih murah dibanding dengan harga gula di petani.


Akibatnya, menurut Nur, saat ini ada kelebihan stok gula petani yang menumpuk di gudang tidak terjual sekitar 350.000 ton.


"Kami mohon pemerintah melalui Bulog untuk membeli gula itu seharga HPP untuk menyelamatkan petani. Walaupun Rp 8.500 masih rugi, itu termasuk sedikit menolong‎," harapnya.


(zul/hds)