Kebangkitan Ekonomi AS Membuat Dolar Kian 'Perkasa'

Jakarta -Perekonomian Amerika Serikat (AS) sedang menuju kebangkitan pasca terjangan krisis yang melanda sejak 2008 silam. Konsumen di Negeri Paman Sam kini sedang dalam optimisme tinggi melihat prospek ekonomi ke depan.

Mengutip Reuters, Minggu (14/12/14), survei yang dilakukan Thomson Reuters/University of Michigan menyebutkan penciptaan lapangan kerja meningkat pesat di AS. Bahkan mencapai level tertinggi dalam 8 tahun terakhir. Pada November, terdapat 321.000 penciptaan lapangan kerja baru di AS.


Tidak hanya itu, konsumen juga menilai penurunan harga minyak sebagai hal yang positif. Pembelian produk-produk ritel diperkirakan meningkat cukup pesat, karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang turun.


"Sinyal peningkatan konsumsi sangat jelas. Dalam beberapa bulan ke depan, konsumsi masyarakat akan meningkat," kata Ian Sheperdson, Ekonom Pantheon Macroeconomics.


Richard Curtin, direktur survey Thomson Reuters/University of Michigan, mengatakan masyarakat AS saat ini menilai lebih banyak berita baik dibandingkan berita buruk dalam ekonomi. Konsumen AS juga memperkirakan setidaknya dalam 5 tahun ke depan krisis tidak akan lagi terulang.


Secara umum, indeks kepercayaan konsumen Thomson Reuters/University of Michigan saat ini menyentuh angka 93,8. Ini merupakan angka yang sama saat periode sebelum krisis yaitu pada 1996 dan 2004.


Karena konsumsi yang meningkat, konsumen juga memperkirakan inflasi ke depan akan lebih tinggi. Dalam setahun ke depan, inflasi diperkirakan mencapai 2,9%.


Optimisme ekonomi di negara adidaya ini menyebabkan mata uang dolar AS menguat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Akibatnya, mata uang dunia pun melemah, termasuk di Indonesia.


Jumat (12/12/2014) lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melanjutkan pelemahan. Saat penutupan pasar, dolar AS berada di posisi Rp 12.410.


(hds/hds)