Sambil temu kangen dengan jajaran pegawai dan direksi KAI di acara peluncuran buku KAI Recipe, Jonan bercerita ada beberapa orang yang berkarir dari bawah, mulai jadi penjaga palang pintu lintasan kereta hingga kini menjabat sebagai direksi di perusahaan.
Saat itu Jonan tidak mengutamakan latar belakang pendidikan dalam seleksi direksi perusahaan, tapi lebih berat ke kemampuan dan keahlian si calon direksi.
"Sekarang ada direksi anak usaha, cuma lulusan SMA, di angkatan saya. Beliau mulai dari juru lansir. Kalau di terminal bis itu tukang parkir, sekarang masih ada di salah satu anak perusahaan. Ada juga yang mulai dari penjaga palang pintu sampai masuk di jajaran manajerial," kata Jonan di kampus Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Selasa (17/3/2015).
Saat menjadi Dirut KAI, Jonan membuka kesempatan yang sama bagi semua pihak yang ingin mencoba jadi direksi. Siapa pun boleh mengajukan diri tanpa mempersoalkan latar belakang pendidikan.
"Kalau saya gampang. Kalau jadi komandan, bisa nggak? Kalau bisa ya bisa. Kalau nggak bisa ya nggak bisa. Mau pakai teori apapun, tetap hasilnya apa," tuturnya.
Dia mengungkapkan, konsep seperti ini bakal diterapkan di jajaran Kementerian Perhubungan. "Ini yang akan saya terapkan di Kemenhub," tuturnya.
Karena pada dasarnya, menurut Jonan, semua orang punya kesempatan yang sama. Dalam kaitannya dengan itu, dia juga berceloteh saat dia ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengisi posisi sebagai Menteri Perhubungan. Jonan mengaku tak tahu menahu dan hanya bermodalkan rokok.
"Modalnya cuma rokok setengah bungkus. Saya merokok nunggu setengah bungkus, lalu dipanggil," candanya.
(zul/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com