Selama ini Rini sudah meminat perusahaan pelat merah untuk melakukan hedging alias lindung nilai, supaya BUMN punya bantalan ketika dolar AS naik tinggi.
Nah, cara terbaru Rini adalah dengan melakukan internal hedging, yaitu seperti perlindungan yang dilakukan antara sesama BUMN.
"Memang kita juga melihat internal hedging. Artinya BUMN-BUMN yang punya pendapatan dalam dolar, tapi cost-nya atau pengeluarannya dalam rupiah, mungkin bekerjasama dengan BUMN yang memang membutuhkan dolar. Itu yang sedang kita kerjakan," kata Rini di Komplek Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (16/3/2015).
Dengan demikian, BUMN yang punya mendapat keuntungan selisih kurs dari fluktuasi dolar AS bisa membantu BUMN yang sedang mengalami rugi kurs. Dengan demikian, risiko fluktuasi dolar AS bisa ditekan.
"Pelemahan rupiah ini kan tidak terlepas dari fluktuasi dolar yang sangat menguat di dunia. Jadi mungkin kita memang perlu hati-hati," katanya.
Rini mengatakan, yang perlu diperhatikan adalah imbas jangka pendek, seperti pembayaran bunga utang BUMN. Perusahaan yang punya utang berbentuk dolar AS akan mendapat kesulitan karena nilai utangnya naik.
"Tentu jangka pendeknya ini yang kita jaga memang. Kalau bisa hedging dengan cost yang relatif reasonable tentu kita dorong," ujarnya.
(ang/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com