Pabrik semen ini dibangun PT SDIC Papua Semen Indonesia, yang merupakan perusahaan milik investor asal China.
Sengketa tanah terjadi antara keluarga besar yang terdiri dari 8 kelompok kepala keluarga atau keret. Sengketa memperebutkan siapa pihak pertama yang berhak menerima uang pembayaran atas tanah, yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan pabrik semen tersebut.
"Gara-gara tanah sekitar 30 hektar saja, investasi ini terkendala," ujar Kepala Badaan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dalam kunjungannya ke bumi cendrawasih tersebut akhir pekan lalu.
Hal ini, diharapkan Franky bisa menjadi pelajaran bersama bagi semua pihak dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif di tanah air.
"Jangan sampai permasalahan-permasalahan seperti ini menghambat orang (investor) untuk masuk ke Papua menanamkan modalnya," pungkas dia.
Akhir pekan lalu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani sempat menyambangi lokasi pembangunan pabrik semen SDIC Papua Semen Indonesia.
Proyek investasi ini akan terdiri dari proyek kawasan industri semen terintegrasi dari mulai pembuatan semen, pengemasan, pelabuhan untuk transportasinya hingga pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listriknya.
Adapun perusahaan asal China yang membangun pabrik itu adalah SDIC GIHugh-tech Pte Ltd.
Investasi pabrik ini sangat penting untuk pembangunan Papua. Saat ini harga semen sangat mahal, satu sak semen di negeri cendrawasih itu bisa mencapai Rp 2 juta/sak.
(dna/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
