Dana Rp 12 triliun yang disebut Ahok adalah anggaran 'siluman' dalam APBD DKI Jakarta.
"Dengan uang Rp 12 triliun, itu bisa dapat rusun 60.000 unit dengan ukuran 30 meter persegi (per unit). Sudah pakai lift made in Jepang," kata Ahok.
Pernyataan Ahok disampaikan di depan petinggi PT MRT Jakarta, Sumitomo Corporation, dan pejabat Pemprov DKI Jakarta saat acara penandatangan kontrak rolling stock MRT Jakarta di Balai Kota, Jakarta, Selasa (3/3/2015).
Pemprov DKI, demikian Ahok, telah memiliki kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk pengembangan rusun yang berada di dekat stasiun. Tujuannya ialah mendekatkan hunian dengan akses transportasi sehingga bisa menekan ongkos transportasi bagi masyarakat DKI.
"Dia bisa pakai transportai massal sehingga mereka punya uang untuk perbaiki nasib," ujarnya.
Ahok mengaku terinspirasi dari India untuk konsep hunian vertikal yang terkoneksi dengan jaringan angkutan massal. Di India, rumah susun berdampingan dengan jaringan kereta.
"Saya ke India. Di sana sangat menarik karena ada 8 jalur kereta di New Delhi dan Mumbai. Kemudian semua rumah susun menengah-bawah di samping stasiun. Menarik sekali. Mereka bayar (nominal tertentu), bisa bebas naik kereta sepanjang bulan. Kereta nggak ada AC, pintu nggak tertutup, ramai sekali. Kereta lewat setiap menit karena penduduk banyak," paparnya.
(feb/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com