Kebutuhan Daging Meningkat Gara-gara Kelas Menengah Indonesia Tumbuh Pesat

Jakarta - Melesatnya pertumbuhan jumlah kelas menengah di Indonesia dianggap sebagai pemicu melonjaknya permintaan daging sapi di dalam negeri. Secara tak langsung, permintaan daging yang tinggi membuat harga daging semakin mahal.

"Pertumbuhan penduduk Indonesia itu tiap tahun 1,3% atau 3 juta penduduk, apalagi kelas menengah kita tumbuhnya pesat sekali, inilah yang menyebabkan kebutuhan daging sapi meningkat pesat sementara produksinya masih babak belur seperti ini," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan kepada detikFinance, Kamis (18/7/2013).


Ia menjelaskan gaya hidup yang meningkat kelas menengah, misalnya biasanya makan daging hanya setahun dua kali, sekarang bisa setiap hari.


"Lifestyle kelas meningkat ini yang meningkat membuat konsumsi daging meningkat pesat juga, biasanya makan daging setahun hanya dua kali setahun yakni pada Lebaran sama Hari Raya Haji (Idul Adha), sekarang bisa tiap hari makan daging," ucapnya.


Menurut Rusman pemerintah perlu menguasai stok daging untuk mengantisipasi kebutuhan daging yang meningkat dan agar tidak terjadi lagi gejolak harga. "Salah satunya yang dilakukan Bulog saat ini. Kita akan lihat apakah dengan operasi pasar yang dilakukan Bulog ini efektif apa tidak, jika efektif maka ke depannya Bulog bisa secara rutin melakukan intervensi harga melalui operasi pasar," kata Rusman.


Diakuinya saat ini harga daging sapi diatur berdasarkan mekanisme pasar, pemerintah tidak bisa mengatur harganya karena tak punya stok.


"Ke depan akan dipikirkan selain penugasan Bulog, akan ada pula harga batas atas dan batas bawah harga daging sapi, tujuan agar konsumen tidak terbebani karena harganya yang terlalu tinggi, peternak tidak menderita kerugian akibat harga terlalu rendah," tandasnya.


(feb/hen)