Ini Bukan Mainan, Ini Radio Control

Jakarta - Sebuah mobil melaju kencang di atas trek aspal. Dari ukurannya, jelas itu bukan mobil sungguhan. Tapi dia bisa bergerak lincah, seperti ada pengemudinya. Tak jauh, seseorang tampak asyik memainkan jari-jemarinya di sebuah alat, sementara matanya lekat mengawasi mobil balap itu.

Oala.. Mobil itu ternyata mobil-mobilan yang dikendalikan dengan radio control (RC). Pengendalinya pun bukan anak kecil. Sony, begitu lelaki 37 tahun itu akrab dipanggil, adalah pehobi RC yang makin kesengsem justru setelah dewasa.


“Dari kecil saya sudah hobi mobil-mobilan, sampai sekarang hal itu belum hilang, bahkan semakin fanatik,” katanya kepada DetikFinance, di Jakarta kemarin.


Sony, yang bekerja di sebuah bank swasta di Jakarta ini, memiliki beberapa jenis mobil RC. Mulai dari mobil balap yang sedang dimainkannya, mobil off-road, sampai truk. Dia bahkan memodifikasi koleksinya, sehingga performanya meningkat dibanding yang standar. Begitu pun tampilannya.


Pehobi RC tak hanya memainkan mobil-mobilan, karena hobi jenis ini cukup banyak macamnya. Ada pesawat terbang, helikopter, kapal laut, sampai kendaraan tempur seperti tank. Bentuk dan suaranya mirip seperti aslinya.


Semuanya dikendalikan dengan Radio Control, semacam konsol dengan antena panjang yang terhubung ke kendaraan melalui gelombang radio. Persis seperti memainkan game video, hanya saja bentuk yang dikendalikan adalah nyata bukan image digital.


Berdasarkan skala, RC dibagi menjadi: skala 1:5, 1:8, 1:12, 1:16, dan 1:24. Kalau dibagi menurut sumber tenaga, ada yang digerakkan bahan bakar dan ada yang memakai baterai. Bahan bakar kendaraan RC adalah hidro metanol, sedangkan untuk baterai memakai bantuan dinamo.


Hobi yang satu ini dikenal sejak akhir 1800-an. Pada perang dunia II, penggunaan RC cukup masif, terutama oleh tentara NAZI yang memakainya untuk menggerakkan kendaraan pembawa bom yang akan menyerang kapal-kapal sekutu.


Pasca perang, fungsi RC berubah menjadi mainan belaka, terutama kendaraan-kendaraan model yang diciptakan sebagai replika kendaraan sebenarnya. Setelah pertengahan 1950, semakin banyak model RC yang dijual secara komersil.


Tapi khusus untuk jenis mobil umum, baru muncul pada pertengahan 1966 ketika Elettronica Giocattoli asal Italia membuat replika Ferrari 250LM dengan skala 1:12. Lantas disusul Ferrari P4 dengan skala 1:10 pada awal 1968.


Dari Eropa, hobi ini merembet ke Amerika Serikat pada awal 1970-an ketika sejumlah perusahaan kecil mulai membuatnya. Kebanyakan adalah model mobil dengan skala 1:8. Pada tahun yang sama, mulai banyak perusahaan yang membuat suku cadang dan aksesoris mobil RC.


Teknologi RC pun berkembang. Dari transistor yang sederhana beralih ke perangkat terkomputerisasi dan digital.


Di Indonesia, hobi RC sudah dikenal sejak 1970-an. Kini sudah ada klub untuk para pehobinya. Salah satunya adalah Asosiasi Radio Model Indonesia. Pehobinya terdiri dari pelajar, mahasiswa, karyawan, artis, sampai anggota DPR.


Indonesia pun kerap mengikuti berbagai kompetisi di luar negeri, sehingga nama pehobi di sini semakin terkenal di luar. “Indonesia bisa dibilang hampir tidak pernah absen di kejuaraan dunia setiap dua tahun. Di setiap kelas kita selalu mengirimkan wakil,” kata Aditya Sanjaya, Ketua Komite 1:10 GP Asosiasi Radio Model Indonesia.


(DES/DES)