Impor BBM Makin Tinggi, Bos Pertamina Kampanyekan Naik Sepeda

Atambua - Makin banyaknya populasi kendaraan di Indonesia membuat konsumsi BBM makin besar. Pemerintah melalui Pertamina, harus mengimpor BBM dengan jumlah yang besar. Di tengah dolar yang sudah Rp 11.000 saat ini, impor semakin tidak sehat.

"Butuh uang yang banyak untuk impor BBM, dan jumlahnya terus meningkat, orang sudah males naik sepeda, sukanya ke mana-mana bahkan jarak yang dekat pakai sepeda motor," ucap Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan ditemui di Atambua, NTT, usai panen raya sorgum, Sabtu (24/8/2013).


Karena itu, ujar Karen, Direksi Pertamina berencana melakukan kampanye ke mana-mana menggunakan sepeda, yang tujuannya untuk menghemat konsumsi BBM. "Nanti kita Direksi akan kampanye pakai sepeda ke mana-mana," ucapnya.


Seperti diketahui, kebutuhan impor BBM nasional tiap tahun makin tinggi, sementara hal ini tidak diimbangi dengan produksi minyak nasional.


Kebutuhan BBM nasional per harinya mencapai 1,4 juta kiloliter (KL), sementara produksi minyak nasional hanya mampu mencapai 840.000 barel, bahkan beberapa hari terakhir sempat anjlok hanya 819.000 barel. Dari jumlah produksi minyak tersebut, yang mampu diolah di kilang minyak nasional hanya 60%, karena 40% merupakan milik perusahaan minyak yang membantu memproduksikan minyak.


Dengan kapasitas pengolahan minyak mentah di kilang nasional sebesar 1 juta barel per hari, sementara dari 840.000 barel hanya 60% atau 540.000 barel yang bisa menjadi bagian negara, artinya Indonesia harus melakukan impor minyak mentah agar mencukupi kapasitas produksi sebesar kurang lebih 500.000 barel per hari.


Sementara kebutuhan BBM nasional mencapai 1,4 juta KL, artinya Indonesia harus impor dalam bentuk BBM jadi lagi sebesar 400.000 barel per harinya. Bayangkan berapa puluh miliar yang harus disiapkan atau berapa ribu bahkan juta dolar yang harus dikumpulkan hanya untuk impor minyak mentah dan BBM per harinya.


(rrd/dnl)