Pemerintah Umumkan Kebijakan Tapi Saham dan Rupiah Makin Anjlok, Kenapa?

Jakarta - Kemarin, pemerintah mengumumkan 4 paket kebijakan ekonomi dalam menghadapi guncangan ekonomi yang membuat rupiah melemah dan dolar menembus Rp 11.000. Namun paket kebijakan ekonomi itu direspons negatif.

Usai pengumuman 4 paket kebijakan ekonomi pada kemarin siang, indeks harga saham gabungan (IHSG) langung turun dan dolar langsung menembus Rp 11.000, setelah sebelumnya di sekitar Rp 10.900.


Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis mengatakan, dalam kondisi saat ini, kebijakan yang dibutuhkan adalah kebijakan jangka pendek untuk 1-30 hari ke depan. Sedangkan paket kebijakan yang diumumkan pemerintah, bukanlah kebijakan untuk penanganan jangkan pendek.


"Yang paling pokok adalah kebijakan 1 sampau 30 hari ke depan. Persoalan pokok saat ini adalah nilai tukar. Jumat kemarin begitu paket kebijakan diumumkan, IHSG dan rupiah langsung melemah. Coba kita lihat minggu depan, bagaimana respons pemerintah," kata Harry dalam diskusi Polemik yang diadakan di rumah makan kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).


Menurut Harry, paket kebijakan yang diumumkan pemerintah, seharusnya sudah dilakukan sejak awal pemerintahan ini berkuasa. Bukannya untuk penanganan jangka pendek seperti ini.


Terkait salah satu kebijakan pemberian insentif pajak untuk industri padat modal, padat kerja, dan yang berorientasi ekspor, ini akan membuat penerimaan negara berkurang. Belum lagi, kebijakan ini dinilai kurang ampuh buat pengusaha.


Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit mengatakan, yang dibutuhkan pengusaha adalah kebijakan untuk mengurangi ongkos buruh yang cukup mahal dan membuat produk Indonesia sulit bersaing.


"Jangan sakit jantung diberi obat batuk. Masalah kami (pengusaha) adalah labor cost yang memakan 30% dari total biaya produksi," kata Anton.


Sulit bersaingnya produk dalam negeri ini memang membuat impor cukup besar, akhirnya neraca perdagangan defisit. Kebutuhan dolar meningkat untuk impor, sehingga bila dolar menguat, impor bakal makin mahal.


(dnl/dnl)