Cerita Brasil Sukses dan RI yang Gagal Kembangkan Biofuel

Jakarta -Direktur Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agricultural Organization (FAO) Indroyono Susilo menceritakan kisah Brasil sukses mengembangkan biofuel atau bahan bakar nabati (BBN). Sedangkan Indonesia justru bernasib sebaliknya, padahal kedua negara tersebut memulai pada periode yang sama.

Pada tahun 1980-an negara dari belahan Amerika Selatan tersebut sudah memulai biofuel, yaitu dengan memanfaatkan ampas tebu sebagai tambahan pada bahan bakar minyak (BBM).


"Tahun 1980-an itu Brasil sudah memulai dengan biofuel. Alkohol dari ampas tebu. Itu karena sudah diprediksi bahwa konsumsi minyak akan meningkat," ujar Indroyono saat berbincang dengan wartawan di sebuah restoran, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Senin (23/12/2013)


Berbagai tantangan dihadapi Brasil kala itu soal harga minyak yang mendadak turun pada awal 1990-an. Program pengolahan ampas tebu hampir saja ditinggalkan oleh pelaku usaha.


"Awal tahun 1980-an itu kan naik harga minyak US$ 85/barel. Sehingga ramai ingin olah ampas tebu. Kemudian turun harga minyak menjadi US$ 9/barel. Nah itu kan bikin ragu, terutama pengusaha," ujarnya.


Untungnya, menurut Indroyono pemerintah Brasil berhasil meyakinkan program tersebut. Berlanjut ke industri kendaraan bermotor, juga dipersiapkan agar dapat menyesuaikan kondisi mesin.


"Sehingga sekarang hampir semua atau 90% mobil di Brasil itu menggunakan kombinasi ampas tebu. Untung besar kan. Tebunya jadi gula, ampasnya jadi minyak. Sekarang impor minyak mereka juga tidak besar kan," katanya.Next


(mkl/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!