Mengapa Menjadi Seorang Petani di Indonesia Tidak Lagi Menarik?

Jakarta -Indonesia sebagai negara agraris seharusnya mempunyai komposisi jumlah profesi petani jauh lebih besar ketimbang profesi lainnya. Namun kenyataan jumlah petani di Indonesia cukup minim. Apa alasan mendasar profesi petani menjadi tidak menarik?

"Mengapa menjadi petani tidak menarik? Kalau kita menjadi petani padi dengan luas lahan hanya 0,2 hektar hanya mempunyai pendapatan Rp 1,8 juta/bulan. Itu pendapatan bersih tetapi masih dipotong ongkos. Jadi dihitung-hitung kalau pendapatan per hari hanya Rp 12.000," ungkap Kepala Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, Hermanu Triwidodo saat berdiskusi dengan media di Rumah Makan Bumbu Desa Cikini Jakarta, Selasa (24/12/2013).


Alasan ini yang membuat para petani cenderung beralih menjadi buruh tani karena upah yang jauh lebih besar. Bahkan IPB mencontohkan banyak petani di Ngawi yang melakukan cara tersebut.


"Pendapatan buruh tani bisa Rp 40-70 ribu/hari. Itu yang harus diubah. Reformasi agraria juga mandek. Kasus banyak terjadi di Ngawi yaitu banyak petani yang menyewakan lahannya ke orang kaya kemudian mereka malah jadi buruh tani," imbuhnya.


IPB sebagai penggerak pertanian Indonesia mengaku tidak tinggal diam melihat fenomena ini. Ada beberapa cara yang dilakukan IPB untuk meningkatkan minat mahasiswa menjadi petani. Caranya adalah dengan memberikan insentif atau semacam beasiswa yang dijadikan modal kegiatan pertanian mini yang mahasiswa lakukan.


"IPB membuat kelompok bersama bisa seperti Sekolah Peternak Rakyat. Kita akan lebih banyak menjadi manager di sana. Kita usahakan mendorong mahasiswa kita jadi petani tetapi yang terjadi memang mahasiswa IPB lari kebayakan ke sektor hortikultura," tuturnya.


"Ini ada permasalahan makro. Ini juga rasanya mulai ada anak-anak muda yang terbangun untuk menjadi petani seperti di Yogyakarta tetapi pertumbuhannya sangat lambat. IPB akan memberikan beasiswa yang diberikan kepada kelompok dan harus dikembalikan. Metodenya kuliah sambil bertani," ujarnya.


(wij/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!