Kebijakan yang rencananya diterapkan April 2015 ini, bertujuan untuk menghemat impor solar US$ 2 miliar di tahun ini.
Namun, ada masalah utama yang belum selesai dari dulu yakni terkait ketersediaan bahan baku yaitu biodiesel. Pasalnya, aturan wajib BBN 15% ini memerlukan pasokan biodiesel 4,5 juta kilo liter dalam setahun.
Jumlah tersebut tidak sedikit, karena program BBN 10% salah satu yang menghambat adalah pasokan FAME (unsur nabati dalam CPO, bila FAME dicampur solar maka menjadi biodiesel). Karena bila harga CPO (crude palm oil) bagus, maka produsen CPO lebih memilih ekspor daripada dijadikan FAME.
"Kalau BBN 15%, berarti butuh 4,5 juta KL. April ini paling hanya bisa BBN 10%, hanya baru beberapa daerah saja yang bisa BBN 15%," ujar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, kepada detikFinance, Senin (16/3/2015).
Bambang mengatakan, masalah pengadaan Fame ini adalah soal harga yang tidak kompetitif ketimbang ekspor.
"Barangnya (CPO) ada, tapi kalau harga CPO-nya sama atau lebih baik, mereka akan olah jadi FAME, kalau harga sawit lebih bagus diekspor, ya produsen lebih pilih diekspor sebagai CPO," katanya.Next
(rrd/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com