"Tahun sebelumnya kita produksi 850.000 ton, produksi naik menjadi 975.000 ton," ungkap Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina saat ditemui di Kantor Kemendag, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (17/03/2015).
Kenaikan jumlah produksi kedelai nasional diikuti penurunan permintaan kedelai selama tahun 2014. "Kebutuhan kita tadinya 2,4 juta ton hingga 2,5 juta ton menjadi 2,2 juta ton. Turunnya permintaan sedikit. Ini angka tahun 2014," imbuhnya.
Srie belum mau mengungkapkan tren penurunan permintaan kedelai tahun lalu. Namun rutinitas setiap tahun permintaan tahu dan tempe sebagai produk jadi kedelai terjadi di saat puasa hingga momen perayaan Idul Fitri.
"Menjelang Puasa dan Lebaran permintaan tahu dan tempe menurun 30%," katanya.
Ia juga menjelaskan kedelai lokal masih menjadi prioritas para perajin tahu di dalam negeri. Sementara permintaan kedelai impor justru banyak dilakukan para perajin tempe karena dianggap kualitas kedelai lokal kurang cocok bila dijadikan bahan baku pembuat tempe.
"Bedanya kalau kedelai lokal itu tidak cocok untuk tempe, cocok untuk tahu. Atau dia campur biasanya untuk mendapatkan aroma. Kalau impor itu sudah panen lama kalau kedelai lokal itu segar. Dia ingin mendapatkan aroma sehingga dicampur," jelasnya.
(wij/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com