Ini Tanggapan Bos BCA Soal Turunnya Permintaan KPR Rumah Tipe 21

Jakarta - Pertumbuhan kredit rumah tipe 21 dalam dua bulan terakhir (April-Mei 2013) anjlok, dibandingkan dengan rumah tipe 22 ke atas. Pada catatan Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit tipe 21 April turun 27,6% dan Mei turun 29%.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, penyebab turunnya kredit rumah tipe 21 disebabkan harga rumah tipe 21 itu naik cukup tinggi. Sementara masyarakat dengan pendapatan rendah tidak cukup kuat untuk membelinya.


"Harga kelas tipe 21 itu minus karena harganya naik dan tidak terjangkau," kata Jahja saat berbincang dengan media di rumah makan kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (12/7/2013).


Alasan lainnya, lanjut Jahja, adalah seiring dengan meningkatnya kelas menegah di Indonesia. Ini membuat minat untuk membeli rumah yang sangat sederhana turun .


"Kelas menengah itu kan cukup besar. Nah mereka tidak akan borong RSS (rumah tipe 21). Marketnya nggak akan intervensi. Jadi ini turun, karena kelas menengahnya sudah masuk ke pasar menengah atau rumah rumah tipe 22 ke atas," jelasnya.


Kondisi ini menurut Jahja berbeda dengan yang terjadi di Singapura, yang masyarakatnya terus memborong apartemen tipe rendah, meskipun daya belinya kuat untuk tipe di atasnya.


"Beda dengan orang di Singapura. Mereka kalau membeli apartemen, itu tetap saja beli yang tipe kecil dengan memborong untuk rumah kedua. Meskipun bisa beli yang tipe di atas itu dan harganya padahal juga tidak berbeda jauh," pungkasnya.


Seperti yang diketahui, BI mencatat pertumbuhan yang tinggi pada Kredit Perumahan Rakyat (KPR), terutama untuk tipe 70 ke atas. Pada bulan April pertumbuhan rumah tipe 70 sebesar 45,1% dan Mei 25,9% dengan porsi Rp 98,3 triliun.


Kemudian untuk tipe 22-70 pertumbuhan pada bulan April dan Mei masing-masing 18,1% dan 18,7% dengan porsi Rp 109,6 triliun. Akan tetapi untuk tipe 21 tercatat April turun 27,6% dan Mei turun 29% dengan porsi Rp 21,3 triliun.


(dnl/dnl)