"Menariknya pertumbuhan KPR tipe 70 m2 ke atas itu jauh lebih tinggi dibandingkan tipe 70 m2 ke bawah," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah di Gedung BI, Jakarta, Kamis (11/7/2013)
Sementara untuk tipe 22-70 m2 pertumbuhan pada bulan April dan Mei masing-masing 18,1% dan 18,7% dengan porsi Rp 109,6 triliun. Sedangkan untuk tipe 21 tercatat April -27,6% dan Mei -29% dengan porsi Rp 21,3%.
"Jadi untuk tipe 21 m2 yang pertumbuhannya malah minus," sebutnya.
Pada apartemen, tingginya pertumbuhan terjadi untuk semua tipe. Paling tinggi terjadi pada tipe 22-70 m2 dengan catatan April yang sebesar 83,8% menjadi 111,1% pada bulan Mei 2013.
Kemudian pada tipe 21 tercatat April tumbuh 118,6% dan Mei 100,3%. Pada tipe 70 m2 ke atas pertumbuhan terjadi di bulan April sebesar 71,4% dan Mei 60,3%.
"Jadi untuk Apartemen terlihat pertumbuhan yang tinggi terjadi pada semua tipe," ujar Halim.
Ia mengatakan, tingginya pertumbuhan akan berakibat buruk kedepan. Seperti ajang spekulasi yang menaikan harga properti di atas fundamentalnnya.
"Melihat pertumbuhan ini kita melihat adanya fenomena bahwa kredit kepemilikan rumah telah tumbuh sangt tinggi dan dapat menimbulkan berbagai akses terutama meningktnya kenaikan harga, diatas fundamentalnya. Dan memicu kenaikan harga rumah tapak di 21 m2 ke bawah sehingga banyak yang tidak mampu lagi membeli rumah," pungkasnya.
(dru/dru)
