Roti dan Mi Instan Makin Digemari, Impor Gandum Capai Rp 50 Triliun

Jakarta -Kebutuhan gandum di dalam negeri terus meningkat setiap tahun bahkan mencapai nilai triliunan rupiah. Menteri Koordinar Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan impor gandum dan turunannya ke Indonesia per tahun bisa mencapai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.

Permintaan gandum yang melonjak disebabkan karena tumbuhnya kelas menengah atas suka mengkonsumsi roti, yang bahan bakunya gandum. Selain itu, masyarakat bawah juga memberikan kontribusi karena gemar mengkonsumsi mie instan berbahan dasar terigu dari gandum.


"Karena selama ini kelas menengah kita anak muda kita suka makan roti, sedangkan masyarakat bawah kita makan Indomie jadi semuanya gandum," kata Hatta Rajasa saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Kamis (28/11/2013).


Untuk menekan impor gandum yang luar biasa tersebut, pemerintah melakukan pilot project atau uji coba penanaman gandum tropis di Tanah Air. Langkah konkretnya antaralain kerjasam Universitas Andalas, Padang dengan salah satu perusahaan Slovakia, OSIVO soal penanaman gandum di Sumatera Barat.


"Bahwa 3 tahun research antara Universitas Andalas dengan CEO Osivo dari Slovakia menghasilkan : 1. Gandum bisa ditanam di sini. Ada 4 jenis yang akan dikembangkan dan bisa ditanam di Indonesia dengan yield yang bagus dan mereka sekarang masuk ke tahap kedua adalah mulai mengembangkan dan tahap ketiga komersialisasikan. Saya minta diteruskan dan ini kita bisa tindak lanjuti sekarang ini dalam pilot project," imbuhnya.


Hatta belum berani memastikan kapan konsep penanaman gandum massal bakal mulai dilakukan di Indonesia Namun Hatta mengatakan upayanya ini adalah untuk meredam impor gandum yang jumlahnya cukup besar. Indonesia masih ketergantungan impor gandum salah satunya dari Australia dengan porsi 50% dari total kebutuhan.


"Sekarang ini masih (mau tanam gandum) di Sumatera Barat. Dari sekian banyak jenis gandum ada 4 yang bisa ditanam di daerah tropis. Namun juga bisa di dalam musim kering dan musim hujan dengan pola selang-seling. Nanti setelah pilot project gede-gedean wong kita impor US$ 5 miliar/tahun, impor kita segitu kalau kita tanam gandum di Papua dan Sumatera Barat, Sumatera Utara bisa mengurangi ketergantungan impor secara bertahap," katanya.Next


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!