Ruby Myanmar Janjikan Pendapatan Ratusan Juta

Jakarta -Keindahan batu mulia (ruby, zamrud, mirah, dan sebagainya) telah dikagumi umat manusia sejak berabad-abad lamanya. Hingga kini bisnis batu mulia masih bertahan dan semakin berkembang. Keuntungan yang dikantongi memang sangat menggiurkan.

Salah satu pelaku bisnis batu mulia adalah David Acris, yang memiliki toko di sebuah pusat perbelanjaan di bilangan Jakarta Pusat. Pria berusia 40 tahun ini sudah hobi mengolah batu mulai sejak kelas 1 SMP di kampung halamannya di Tanjung Karang, Lampung.


“Orang tua saya pakai cincin, kawan saya pakai cincin, jadi saya lihat cincin itu bagus. Antik. Jadi saya belajar gosok batu dari kelas 1 SMP,” kenang David, di Jakarta kemarin.


Pada 1999, David akhirnya memberikan diri membuka kios sendiri di Lampung. Modal awalnya saat ini sekitar Rp 30 juta. Usahanya terus berkembang, dan sejak setahun terakhir David melebarkan sayap bisnis dengan membuka toko di Jakarta.


Di tokonya kini David menjual berbagai batu mulia seperti safir, zamrud, dan ruby. Selain dari berbagai daerah di Indonesia, pasokan batu mulia di toko David juga berasal dari Srilanka, Myanmar, dan negara-negara di Afrika.


Harga batu mulia yang dijual David berkisar antara Rp 100 ribu-200 juta. “Yang lokal-lokal seperti akik itu harganya lebih murah. Kalau ruby bisa sampai Rp 200 juta,” katanya.


Saat ini, batu yang diandalkan di toko David adalah ruby dari Myanmar. “Kebetulan saya punya channel di Burma, orang susah masuk ke sana karena jauh dan negaranya tertutup. Ruby ini masih jarang yang main, jadi saya spesialis di ruby,” katanya.


David menilai bisnis batu mulia sangat menjanjikan. Permintaan batu mulia memang tidak sebanyak emas tapi ada segmen pelanggan yang setia. Dari dalam negeri, pelanggan kebanyakan dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Denpasar. “Pelanggan saya juga ada yang dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Australia, dan Brunei Darussalam,” katanya.


Keuntungan yang diraup David cukup lumayan. Setiap bulannya, dia mengaku mendapat omzet lebih dari Rp 100 juta.


Ke depan, David menilai bisnis batu mulia akan terus mengkilap. Bisnis ini terbukti mampu bertahan sejak zaman Majapahit hingga sekarang. “Pasarnya akan terus ada, tidak akan pernah mati,” ujarnya.


(hds/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!