Para pemilik kendaraan pribadi khususnya pemilik mobil protes karena sistem dan proses pemasangan oleh petugas PT INTI masih berantakan alias tak tertib.
"Saya kesal sekali sekaligus bingung, pemerintah ini mau apa sebenarnya, kita disuruh pasang yang beginian (RFID) hanya masalah isi BBM," kata Widiawati warga Tendean, ditemui detikFinance saat mengantre pemasangan RFID di SPBU Kuningan, Jumat (29/11/2013).
Sambil menunjuk ke arah antrean, Widi menggambarkan kondisi pemasangan RFID di SPBU Pertamina, berlangsung berantakan, misalnya tak ada pengaturan saat pendaftaran sehingga warga rebutan dan desak-desakan.
"Sudah antre desak-desakan, berebut RFID, setelah dapat RFID kita bingung, petugas yang masang sedikit, akibatnya kita harus tarik tarikan dengan orang lain supaya petugas langsung pasang RFID dikendaraan kami," ungkapnya.
Hal yang sama disampaikan Yoyok, warga Cilandak ini mengungkapkan kekesalannya, ia sempat mendapat SMS (pesan singkat) informasi kalau warga Cilandak bisa pasang RFID di SPBU Cilandak.
"Sampai saya ke sana ternyata masih kosong, saya dikasih info lagi sama petugasnya SPBU kalau pamasangan RFID dipindah ke Abdul Muis (Tanah Abang), sampai saya ke sana ternyata sudah tutup, antreannya penuh saya disuruh ke Kuningan, sampai di Kuningan tutup juga, kok kacau begini sih," tegasnya.
Sementara itu, Yudi warga Kuningan, juga mengkritik pemerintah menerapkan sistem RFID hanya untuk mengisi BBM.
"Mau apa ini pemerintah, jangan buat panik masyarakat, ini mau pasang RFID kalau mau isi BBM, katanya nanti bayar Rp 200.000, katanya BBM dibatasi 3 liter per hari, katanya wajib pakai kartu kalau mau beli BBM, jangan buat masyarakat bingung," tandasnya.
(rrd/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
