Harga Beras Melonjak, Kementan: Ada Anomali Cuaca

Jakarta -Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) mengakui faktor anomali cuaca menjadi penyebab pasokan beras terganggu, sehingga memicu naiknya harga beras khususnya di Jakarta dan daerah lainnya.

‎Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian (Kementan) Yusni Emilia menjelaskan bahwa ada fenomena alam berupa perubahan iklim yang tidak diprediksi sebelumnya.


Kondisi anomali cuaca tahun ini lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi pergeseran musim hujan. Kondisi ini membuat masa musim panen padi tak merata, sehingga mengganggu pasokan.


"Saya bilang ini ada anomali cuaca karena ada perubahan iklim. Ada pergeseran musim yang seharusnya belum hujan, tapi sudah hujan. Kita harus waspada, ekstrem cuaca ini tidak bisa dianggap enteng dampaknya," kata Emilia di Kementan, Jakarta, Jumat (20/2/2015).


Selain itu, faktor bencana alam seperti banjir juga menyebabkan terganggunya produksi dan kualitas panen padi di beberap sentra produksi.


Ia mencontohkan akibat anomali cuaca, proses pengeringan bulir padi setelah dipanen juga terganggu. Dampaknya, gabah hasil panen tak bisa digiling menjadi beras.


"Kalau basah kan nggak bisa digiling. Kalau penggilingannya terganggu otomatis berasnya juga terganggu di stoknya," jelas Humas dan Sekretaris‎ Pasar Tani Kantor Pusat Kementerian Pertanian Tiwi Hartati‎ kepada detikFinance secara terpisah.


Sebelumnya Billy Haryanto, seorang pedagang beras Pasar Induk Cipinang mengungkapkan kenaikan harga beras pada Februari 2015 adalah yang tertinggi. Ia bahkan menyebabkan, bahkan sejak Presiden Pertama hingga Presiden Ke 7 ini, harga beras kali ini adalah yang tertinggi.


"Dari zaman Presiden Soekarno sampai Pak Jokowi, paling mahal beras sekarang. Saat ini beras paling murah (IR 2) Rp 11.000/kg, kualitas IR I Rp 12.000/kg," kata Billy kemarin.


(dna/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com